Tuesday, March 7, 2017

HOMEOSTATIS DAN REGULASI PADA MANUSIA



HOMEOSTATIS DAN REGULASI PADA MANUSIA
“DASAR BIOMEDIK”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1.      Leyli Devi Yanti  (1613201072)
2.      Maria Efiona Da Silva (1613201035)
3.      Kristina Lun Ngo (1613201018)
4.      L. Veronika Lirung (1613201036)
5.      Margareta Inuq (16132010
2 C
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM SAMARINDA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2016/2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ Homeostatis dan Regulasi pada Manusia  ini dengan tepat waktu.
Tugas ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik tahun 2016/2017 dan untuk memperdalam tentang salah satu materi Homeostatis dan Regulasi pada Manusia.
Sekian dari kami, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Samarinda, 3 Maret 2017

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1                  Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis atau serasi, maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sistem koordinasi atau regulasi.
Sistem regulasi pada manusia terdiri dari sistem saraf, sistem endokrin atau hormon, dan indra. Sistem saraf bekerja cepat dalam menanggapi perubahan, sedangkan sistem hormon bekerja lambat dalam. Indra adalah reseptor rangsang dari luar. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf.  Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsangan dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut.Impuls saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf. (Kus Irianto. 2004).
Banyak sekali gangguan-gangguan yang dapat mengancam keadaan sistem tubuh manusia. Sistem tubuh manusia memiliki organ-organ yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan sistem tubuh itu sendiri. Keadaan sistem tubuh itu diatur oleh homeostasis dalam tubuh. Mekanisme homeostasis berkaitan erat dengan keadaan cairan dalam tubuh, baik dalam hal pengeluaran maupun asupan cairan tubuh.
Manusia sangat beruntung karena memiliki organ-organ penunjang dalam mempertahankan keadaan tubuh tersebut, karena apabila hal ini tidak terdapat dalam sistem tubuh maka semua kegiatan hidup tidak akan berjalan dengan normal. Akibat dari tidak berfungsinya homeostasis tubuh, manusiia dapat mengalami sakit atau bahkan akan menuju kematian.
1.2.      Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah bagian-bagian dari sistem regulasi pada manusia, dan penjabarannya?
2.      Apa sajakah bagian-bagian dari homeostatis dan penjabarannya?
1.3.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui bagian-bagian sistem regulasi pada manusia beserta penjabarannya.
2.      Untuk mengetahui bagian-bagian dari homeostatis dan penjabarannya.
1.4       Manfaat Penulisan
1.      Sebagai sumber informasi tentang Homeostatis dan Sistem Regulasi pada Manusia.
2.      Sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah Dasar Biomedik.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Pengertian Sistem Regulasi
Sistem Regulasi merupakan suatu sistem yang mengkoordinasi segala aktivitas tubuh, sehingga sistem regulasi pada manusia atau yang sering disebut dengan sistem saraf dapat dikatakan suatu sistem yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Sistem regulasi ini juga merupakan sistem koordinasi yang mengatur agar semua sistem organ dapat bekerja secara serasi. Jadi secara umum sistem regulasi adalah sistem organ yang meregulasi atau mengatur sistem-sistem organ tubuh lain. Sistem ini juga bertanggung jawab atas pengetahuan dan daya ingat yang dimiliki manusia.
Sistem regulasi pada manusia terdiri dari sistem saraf, sistem endokrin atau hormon, dan indra. Sistem saraf bekerja cepat dalam menanggapi perubahan, sedangkan sistem hormon bekerja lambat dalam. Indra adalah reseptor rangsang dari luar.
            2.2.  Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
·         Sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
·         Sebagai Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf,semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerjayang akurat.
·         Sebagai Pusat Pengendali
Tanggapan Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar.Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi/sistem kontrol yang bertugasmenerima rangsangan ke semua bagian tubuh sekaligus memberikan tanggapanterhadap rangsangan tersebut (jaringan komunikasi dalam tubuh). Sel-selnyadibedakan menjadi dua, yaitu sel-sel saraf (neuron) dan neuroglia (memberi nutrisidan bahan untuk hidupnya neuron).

1.  Sel Saraf (neuron)
Merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Tersusun atas badan sel saraf, dendrit, dan neurit (akson).
Gambar: Sel Saraf
o   Badan sel, mengandung nucleus dan nucleolus yang dikelilingi olehsitoplasma.
o   Dendrit, merupakan serabut saraf pendek yang bercabang-cabang keluar dari badan sel. Berfungsi menerima impuls (rangsangan) yang datang dari neuronlain untuk dibawa menuju badan sel saraf.
o   Neurit (akson), merupakan serabut saraf panjang dan umumnya impuls dari badan sel saraf ke kelenjar-kelenjar dan serabut-serabut ke otot. Kebanyakandiselubungi selubung myelin yang berfungsi melindungi, memberi nutrisi,dan mempercepat jalannya impuls.
o   Nukleus adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel.
o   Selubung Mielin adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemakyang berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.
o   Sel Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit (akson) dan membantu regenerasi neurit (akson).
o   Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus kenodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
o   Sinapsis adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung dendrit di sel saraf lainnya.  Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf pada sinapsis.
2.2.1.  Macam-Macam Sel Saraf
a.       Sel saraf motorik (eferen):  sel saraf yang membawa rangsang dari sistemsaraf pusat ke sel-sel efektor (otot dan kelenjar).
b.      Sel saraf sensorik (aferen): sel saraf yang membawa rangsang darireseptor ke dalam sistem saraf pusat.
c.       Sel saraf asosiasi: penghubung sel saraf sensorik dan motorik.Berdasarkan tempatnya dibagi menjadi dua:
1)  Sel saraf konektor  ( Interneuron): menghubungkan antar neuron
2)  Sel saraf adjustor: penghubung sel saraf sensorik dan motorik


2.1.2.  Struktur atau susunan Sistem Saraf
a.      Sistem Saraf Pusat
1)  Otak
Gambar: Otak Manusia
a)      Otak Besar (Cerebrum)
Gambar: Belahan pada otak besar

                        Otak besar dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
o   Bagian dahi (lobus frontalis): berperan dalam aktivitasmotorik volunter, kemampuan berbicara dan berbahasa,dan elaborasi pikiran.
o   Bagian tengah/ubun-ubun (lobus parientalis): berperan sebagai pengatur kerja kulit dan otot terhadap pengaruh panas, dingin, sentuhan, tekanan, dan nyeri serta merasakan kesadaran mengenai posisi tubuh.
o    Bagian samping (lobus temporalis): berperan sebagai pusat pendengaran.
o   Bagian belakang (lobus oksipitalis): berfungsi sebagai pusat penglihatan.
§  Otak Depan (Diensefalon)
Otak depan dibagi : talamus dan hipotalamus. Talamus merupakan pusat pengatur sensorik yang berasal dari otak besar,  menerima semua rangsang yang berasal dari sensorik cerebrum sedangkan hipotalamus merupakan pengontrol suhu tubuh, pengontrol rasa haus dan pengeluaran urine, pengontrol asupan makanan, pengontrol perilaku dan emosi.

b)      Otak Tengah (Mesencefalon)
Otak tengah merupakan pusat keseimbangan otak depan dan otak belakang. Otak tengah merupakan pusat dari refleks mata dan  pendengaran.
c)      Otak Belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan medulla oblongata. Medula oblongata berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan darah, mengatur pernafasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk, dan bersin.
§  Otak Kecil (cerebelum)
Fungsi utama sebagai pusat keseimbangan otot dan koordinasi otot.

Gambar: Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata
-          Sumsum lanjutan (medula oblongata)
Berfungsi mengatur refleks fisiologi (denyut jantung, pernapasan, pelebaran dan penyempitan pembuluhdarah).
2)   Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang merupakan lanjutan dari medulla oblongatake bawah sampai ruas kedua tulang pinggang. Sumsum tulang belakang berfungsi untuk menghubungkan impuls dari dan ke otak ,memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks.
Gambar Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Bagian-bagian sumsum tulang belakang: 
a.       Lapisan luar berwarna putih dan mengandung akson.
b.      Lapisan dalam berwarna kelabu dan mengandung badan sel saraf.
c.       Bagian dalam terdapat bagian yang berbentuk kupu-kupu yangdisebut akar dorsal (mengandung sensorik, dendritnya berhubungandengan reseptor), dan akar ventral (mengandung neuron motorik,aksonnya menuju efektor).
Pelindung pusat susunan saraf otak dan sumsum tulang belakang)disebut meninges, yang meliputi :
a)      Piameter, merupakan selaput paling dalam yang menyelubungi permukaan otak dan sumsum tulang belakang, banyak mengandung pembuluh darah, berperan memberi oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan sisa metabolisme.
b)      Arakhnoid, berupa jaringan yang lembut, terletak diantara piameter dan durameter.
c)      Durameter, merupakan lapisan terluar yang padat dank erasserta menyatu dengan tengkorak.
Pada sistem saraf pusat terdapat cairan yang cerebrospinal, terletak pada ventrikel otak dan sentralis berfungsi untuk suplai nutrisi sel-sel otak dan medulla spinalis.
Gerak Refleks: reseptor – saraf sensorik–  sumsum tulang belakang– saraf motorik– efektor.
b.      Sistem Saraf Tepi
Tersusun atas 12 pasang saraf otak yang keluar dari beberapa bagianotak menuju alat indera, kelenjar, dan otot.
No. Saraf
Nama Saraf
Jenis Saraf
Impuls
I
Olfaktori
Sensori
Dari indera pencium pada lapisan hidung
II
Optik
Sensori
Dari indera penglihat dari retina mata
III
Okulomotorik
Motor
Menuju otak, penggerak bola mata
IV
Troklear pathenik
Motor
Menuju otak, penggerak bola mata oblique superior
V
Trigeminal
Gabungan
Dari dan menuju daerah muka atau wajah, gigi dan rahang
VI
Abdusen
Motor
Menuju otot penggerak mata rektus eksternal
VII
Facial
Gabungan
Dari dan menuju lidah, wajah, bibir dan kelopak mata
VIII
Auditori
Sensori
Dari indera di telinga dalam (koklea dan salaruan setengah lingkaran)
IX
Glossofaringeal
Gabungan
Dari daerah belakang lidah tonsil, langit-langit menuju kelenjar ludah dan otot-otot faring
X
Vagus
Gabungan
Dari dan menuju laring, paru-paru, jantung, lambung, pangkreas, hati, otot-otot badan, dan otot anggota gerak
XI
Spinalis
Motor
Menuju otot laring, faring, dan langit-langit halus
XII
Hipoglosal
Motor
Menuju otot-otot lidah





1)      Serabut saraf ota
2)      Serabut saraf otak atau cranial, diantaranya Olfaktoriu (penciuman), Optik (penglihatan), Stato akustik (keseimbangan dan pendengaran).Berdasarkan karakteristiknya, saraf cranial dikelompokkan menjadi tiga.
a)      Saraf cranial sensorik, terdiri atas saraf nomor I, II, dan VII. 
b)      Saraf cranial motorik, terdiri atas saraf nomor III, IV, VI, XI, dan XII.
c)      Saraf cranial sensorik dan motorik, terdiri atas saraf nomor V, VII,IX.
d)      Saraf pengembara, yakni saraf yang mempunyai daerah jelajahluas yaitu saraf nomor X (nervus vagus)
3)      Serabut saraf tulang belakang atau spinal, merupakan gabungan saraf sensorik dan motorik. Serabut saraf sensorik masuk ke akar dorsal, sedangkan serabut saraf motorik keluar melalui akar ventral. 31 pasang serabut saraf sumsum tulang belakang (31 pasang saraf spinal) merupakan gabungan dari saraf sensorik dan motorik yangkeluar melalui akar ventral. Berdasarkan asalnya, dibedakan menjadi 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan 1 pasang saraf ekor.

c.       Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua, yaitu simpatis dan parasimpatis. Keduanya bekerja secara berlawanan.
Gambar Saraf Parasimpatik dan Simpatik
1)      Saraf simpatik
Saraf simpatik berpangkal pada medulla spinalis daerah leher dan pinggang, disebut saraf torakolumbar, berfungsi untuk mengaktifkan organ agar bekerja secara otomatis. Serabut ini menuju ke otot polos, alat peredaran darah, pencernaan makanan, dan pernafasan.
2)      Saraf parasimpatik
Saraf para simpatik berpangkal pada kedua oblongata dan daerah sacrum, bekerja berlawanan dengan saraf simpatik.
2.1.3.  Mekanisme Kerja Saraf 
Neuron mampu menerima dan merespon terhadap rangsang. Rangsang dari dendrit ke badan sel saraf oleh akson akan diteruskan ke dendrite akson yang lain. Bila sampai di ujung akson, maka ujung akson akan mengeluarkan neurohumor yang memacu dendrit yang berhubungan dengan akson tadi. Berikut ini neurohumor yang dikenal:
a.       Asetilkolin, merupakan zat pemacu hubungan antara neuron dengan neuron, neuron dengan otot lurik, dan neuron dengan otot polos.
b.      Adrenalin (epinefrin), memacu hubungan antara neuron dengan otot jantung,neuron dengan otot polos bronkus. Epinefrin bersifat inhibitor, namun zat inidapat dihilangkan oleh enzim kolinesterase pada sinapsis.
2.1.4.  Penghantaran Impuls
a.       Penghantaran impuls saraf melalui sinapsis
Penghantaran impuls saraf melewati sinapsis dibantu oleh senyawa kimia yang disebut neurotransmiter , seperti: asetilkolin, norepinefrin, dopamin,dan serotonin.
b.      Penghantaran impuls saraf melalui sel saraf
Perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabutsaraf mengakibatkan mengalirnya impuls dalam serabut saraf tersebut.
2.1.5.  Gerak Biasa dan Gerak Refleks
1.      Gerak biasa yaitu gerak yang disadari, misalnya menulis, berjalan, dan    makan. Gerak biasa impulsnya melalui otak.
Jalannya rangsang : reseptor → neuron sensorik → otak → neuronmotorik → efektor.
2.      Pada gerak refleks, rangsangan tidak diolah di otak. Jalan terpendek yangdilalui gerak ini disebut lengkung refleks.
Jalannya rangsang : reseptor → neuron sensorik → sumsum tulang belakang → neuron motorik → efektor.
2.1.6.  Gangguan atau Penyakit pada Sistem Saraf
a.       Meningitis, peradangan pada selaput pembungkus otak maupun tulang belakang sebagai akibat infeksi bakteri.
b.      Penyakit ensefalitis, otak mengalami infeksi dan pembengkakan yangdisebabkan virus, misalnya virus yang dibawa oleh nyamuk atau serangga pengisap darah maupun virus herpes, gondong, HIV, dan adenovirus.
c.       Epilepsi, kondisi otak yang membuat penderita sensitif terhadap kejang berulang-ulang. Disebabkan kerusakkan otak pada saat lahir, infeksi,racun, luka pada kepala, atau tumor pada otak.
d.      Neuritis, iritasi pada neuron yang disebabkan oleh infeksi, kekuranganvitamin, keracunan, maupun karena obat-obatan.
e.       Alzheimer, berkurangnya kemampuan dalam mengingat.

2.3.  Sistem Endokrin atau Hormon
1.      Pengertian
Hormon adalah getah yang disekresikan oleh kelenjar dan langsung diedarkan ke cairan tubuh (darah) untuk mengkomunikasikan pesan-pesanyang sifatnya mengatur tubuh.
2.      Sistem endokrin dikontrol oleh hipotalamus, dengan cara menerimainformasi dari otak dan mengintegrasikan ke dalam sistem endokrinsesuai dengan kondisi lingkungan.
3.      Berdasarkan aktivitasnya, kelenjar endokrin/buntu dibedakan menjadi:
a.       Kelenjar yang bekerja sepanjang hayat: bekerja terus menerusmenghasilkan hormon. Contoh: kelenjar tiroid, hormonnya tiroksin.
b.      Kelenjar yang bekerja sampai waktu tertentu: bekerja hanya sampai pada masa tertentu. Contoh: kelenjar kelamin, hormon GH/STH.
c.       Kelenjar yang bekerja mulai waktu tertentu: bekerja mulai masa tertentu. Contohya kelenjar timus, hormon FSH, LH, dan prolaktin.
4.      Hormon berfungsi sebagai mengatur homoeostatis, memacu pertumbuhan, untuk reproduksi, mengatur metabolisme, mengatur tingkahlaku.

Berikut perbedaan antara kerja sistem saraf dan siistem endokrin
No.
Sistem Saraf
Sistem Endokrin
1.
Responnya cepat
Responnya lambat
2.
Signal-signal dibawa melalui neuron
Hormon-hormon dibawa melalu darah
3.
Responnya langsung terhadap rangsangan di luar
Responnya tidak langsung terhadap internal
           


           


2.4.  Sistem Penginderaan
PengertianIndera adalah kumpulan dari reseptor yang membentuk organ atau alatkhusus. Macam-macam indera adalah:
a.       Indera Peraba (Tangoreseptor)

Gambar Bagian Indera Peraba
1.      Terletak di kulit, ada yang ujung sarafnya bebas ada yang berselubung (disebut saraf korpuskel).
2.      Beberapa ujung saraf pada kulit: paccini (tekanan kuat), ruffini(panas), meisner (nyeri), merisneer (peraba), krausse (dingin).

b.      Indera Pengecap
Gambar Bagian bagian lidah


1.      Reseptornya disebut kemoreseptor (berupa zat kimia).
2.      Terdapat di lidah dalam bentuk puting/papil pengecap Tigamacam papil: papil bentuk benang (papil peraba yangmenyebar di seluruh permukaan lidah), papil yang dilingkarisaluran (papil pengecap), dan papil bentuk martil (papil pengecap yang ada di tepi lidah).
3.      Indra pengecap yang mampu mengecap empat cita rasayaitu manis (ujung lidah), asin (samping depan lidah), asam(samping belakang lidah), dan pahit (pangkal lidah).

c.       Indera Pembau

Gambar Bagian hidung
1)      Sel-sel pembau mempunyai ujung-ujung berupa rambut halusyang berhubungan dengan saraf melalui tulang saringan dan bersatu menjadi urat saraf olfaktori yang menuju ke otak.
2)      Menerima rangsang berupa bau atau oflaksi.

d.      Pendengaran dan Keseimbangan
Gambar Bagian bagian telinga
1.      Telinga luar: daun telinga, liang telinga yang membantumengkonsentrasikan gelombang suara.
2.      Telinga Tengah:
-          Membran Timfani (selaput gendang), menerimagelombang bunyi.
-          Tulang-tulang pendengaran: tl. Martil (os maleus), tl.Landasan (os inkus) dan tl. Sanggurdi (os stapes),meneruskan vibrasi ke jendela oval.
-          Saluran eustachius, menyeimbangkan tekanan udaraantara telinga tengah dengan lingkungan.
3.      Telinga dalam
-          Jendela oval, penghubung telinga tengah dan telinga dalam.
-          Jendela melingkar, sebagai reseptor suara.
-          Koklea (rumah siput), reseptor untuk gerakan kepala.
-          Saluran semisirkuler dan utrikulus, reseptor gravitasi.
-          Membran basiler, meneruskan vibrasi.
-          Organ Korti, tempat terdapatnya reseptor suara berbentuk rambut.
-          Membran tektorial, meneruskan vibrasi ke organ korti.
4.      Proses mendengar adalah sebagai berikut:
Getaran suara s aluran pendengaran membran timpani martil    landasan sanggurdi tingkap bulat cairan pada koklea bergetar ujung saraf otak timbul persepsisuara.

e.       Penglihatan

Gambar Bagian bagian mata
1)      Bagian-bagian mata:
ü  Kornea berfungsi membantu memfokuskan bayangan benda pada retina.
ü  iris (selaput pelangi), bagian yang mengandung pigmenmata, untuk memperlebar atau memperkecil lubang pupil;
ü  pupil: pengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam bola mata.
ü  lensa: mempunyai daya akomodasi;
ü  bintik kuning (fovea): banyak mengandung saraf sehinggasangat peka untuk menerima sinar. Bintik kuning banyakmengandung sel basilus dan sel konus;
ü  bintik buta: tempat masuk dan berbeloknya berkas sarafmenuju ke pusat saraf;
ü  cairan pengisi rongga: aqueous humor dan vitreous humor.2)
2)      Fotoreseptor ada dua, yaitu:
ü  Bacillus (batang), menerima rangsang sinar lemah dan tak berwarna dan mengandung rodopsin (vit A dan protein).
ü  Conus (kerucut), menerima rangsang sinar kuat dan warnadan mengandung indopsin (retinin dan opsin)3)
3)      Proses melihat adalah sebagai berikut:rangsangan cahaya → kornea→ aqueous humor lensa→ vitreous humor retina (fotoreseptor)→ saraf→ otak→ kesan melihat.
4)      Kelainan pada mataa)
§  Miopi: mata yang hanya mampu melihat jelas pada jarak dekat.
§  Hipermetropi: mata yang hanya mampu melihat jelas pada jarak jauh.
§  Presbiopi: mata yang mengalami penurunan dayaakomodasi lensa.
§  Astigmatisma
Bidang refraksi tidak rata sehingga sinar masuk ke dalam mata tidak difokuskan ke satu titik. Kelainan ini dikoreksidengan lensa silindris.
§  Kekurangan Vitamin A, menyebabkan:
a.       Bintik bitot, yaitu bintik putih pada kornea. 
b.      Xeroftalmia, keadaan kornea mongering.
c.       Keratomalasi, kornea rusak
d.      Kebutaan kornea
§  Kataraks
Karena kekurangan vitamin B (riboflavin) sehingga penglihatan terganggu karena lensa mata keruh.
§  Buta Warna
Kebutaan terhadap warna di dalam retina terhadap tiga macam sel kerucut yang masing-masing peka terhadap warna dasar merah, hijau, dan biru. Berdasarkan reseptor warna tersebut dikenal:
§  Mata Trikromat, yaitu mata normal, memiliki tiga  macam reseptor warna.
§  Mata Dikromat, yaitu hanya memiliki dua reseptor warna, dibedakan menjadi protanopia (buta warna), deutaranopia (buta warna hijau), dan ritanopia (buta warna biru). 
§  Mata Monokromat, yaitu hanya memiliki satu macam reseptor warna, sehingga hanya dapat melihat warna hitam dan putih, serta bayangan abu-abu.
§  Glaukoma
Glaukoma adalah meningkatnya volume aqueous humor, menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler sehingga kapiler darah tertekan,  kelangsungan hidup sel-sel penyusun retina terancam dan dapat berakibat kebutaan.
§  Strabismus (juling)
Merupakan gangguan otot penggerak mata, dapat diperbaiki dengan cara operas
2.5.  Pengertian Homeostatis
Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti sama, stasis mempertahankan keadaan, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.

Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.

2.5.  Dasar-dasar Homeostatis
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostasis, yaitu:
1.      Peran system saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2.      Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3.      Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
4.      Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
2.6.  Faktor-faktor Yang Dipertahankan Secara Homeostatis
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis, yaitu :
1.      Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
2.      Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan  internal.
3.      Konsentrasi zat-zat sisa

Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.

4.      pH.

Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.

5.      Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain

Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.

6.      Suhu.

Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.

7.      Volume dan tekanan.

Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.

2.7.  Konstribusi Berbagai Sistem Tubuh Bagi Homeostatis
Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.
    
Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk homeostasis dicantumkan sebagai berikut:
1.      Sistem Sirkulasi
Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2.         Sistem Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap  ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna  ke lingkungan eksternal melalui tinja.
3.      Sistem Respirasi
Mengambil  O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk asam, system respirasi juga penting  untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.
4.      Sistem Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5.      Sistem Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot , system rangka juga memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6.         Sistem Otot
Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk mempertahankan homeostasis.
7.         Sistem Integument
Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal keluar dari tubuhdan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.
8.      Sistem Imun
Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing  dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker. System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9.         Sistem Saraf
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara umum, system ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat. System ini sangat penting terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain itu, system ini akan bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
10.  Sistem Endokrin
Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada system endokrin mengatur aktifitas yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan. System ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.
11.  Sistem Reproduksi
Sistem ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan hidupsuatu spesies.
2.8.  Sistem Control Homeostatis
Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga dalam retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor itu.

Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang diinginkan.

Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:
    1. Control intrinsic
Control intrinsik (local, intrinsic berarti di dalam) terdapat di dalam atau inheren bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2  untuk menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot tersebut.

Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut. Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang optimal di dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.
    1. Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic berarti di luar), yaitu mekanisme pengatur yang dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai organ dan system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada tubuh.

Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya, control intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja. Mekanisme pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk mempertahankan keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.
2.9.  Tahapan-tahapan Homeostatis
Homeostasis terdiri dari 3 tahap:
      1. Homeostasis primer
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit.

Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
      1. Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.
Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
5.      Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
2.10.  Ketidakseimbangan Homeostatis
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.

Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang dilingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu tertentu.

Contoh lain adalah kaehilangan drh dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.

Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indikator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sahingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.



BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Berbagai sistem organ dan organ yang terlibat bekerja sama untuk terus mempertahankan lingkungan internal yang stabil. Berfungsinya tubuh memerlukan semua sistem untuk bekerja sama dan dalam kondisi yang tepat. Banyak penyakit dapat mempengaruhi berbagai organ dan sistem organ tubuh. Ketidakseimbangan homeostasis terjadi ketika homeostasis dalam tubuh tidak dapat dipertahankan dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu penting untuk merawat tubuh dan menjaga hal ini untuk menyimpan semua sistem dalam kondisi kerja yang baik.

3.2       Saran
Dari penjelasan di atas memberikan  kita gambaran mengenai sistem regulasi pada manusia dan homeostatis sebaiknya mengoptimalkan penerapan sistem regulasi tubuh dengan optimal sehingga keseimbangan homeostatis pada tubuh dapat terjaga sehingga tubuh tidak mudah terkena penyakit.
Daftar Pustaka




No comments:

Post a Comment