HOMEOSTATIS
DAN REGULASI PADA MANUSIA
“DASAR
BIOMEDIK”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1.
Leyli
Devi Yanti
(1613201072)
2.
Maria Efiona Da Silva (1613201035)
3.
Kristina Lun Ngo (1613201018)
4.
L. Veronika Lirung (1613201036)
5.
Margareta Inuq (16132010
2 C
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM
SAMARINDA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “ Homeostatis dan Regulasi pada Manusia “ ini dengan tepat waktu.
Tugas ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “
Biomedik
“ tahun 2016/2017 dan untuk
memperdalam tentang salah satu materi Homeostatis dan Regulasi pada
Manusia.
Sekian dari kami, kami
ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan membaca makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Samarinda,
3 Maret
2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tubuh manusia
merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri
dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan
fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat tubuh
yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun
atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis atau serasi, maka diperlukan
adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai
sistem koordinasi atau regulasi.
Sistem regulasi
pada manusia terdiri dari sistem saraf, sistem endokrin atau hormon, dan indra.
Sistem saraf bekerja cepat dalam
menanggapi perubahan, sedangkan sistem hormon bekerja lambat dalam. Indra adalah reseptor
rangsang dari luar. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap
adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan
tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan
alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsangan dan
mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan
selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut.Impuls
saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf. (Kus Irianto. 2004).
Banyak sekali
gangguan-gangguan yang dapat mengancam keadaan sistem tubuh manusia. Sistem
tubuh manusia memiliki organ-organ yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan
sistem tubuh itu sendiri. Keadaan sistem tubuh itu diatur oleh homeostasis dalam tubuh.
Mekanisme homeostasis berkaitan erat dengan keadaan cairan dalam tubuh, baik
dalam hal pengeluaran maupun asupan cairan tubuh.
Manusia sangat
beruntung karena memiliki organ-organ penunjang dalam mempertahankan
keadaan tubuh tersebut, karena apabila hal ini tidak terdapat dalam sistem
tubuh maka semua kegiatan hidup tidak akan berjalan dengan normal. Akibat dari
tidak berfungsinya homeostasis tubuh, manusiia dapat mengalami sakit atau
bahkan akan menuju kematian.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa sajakah bagian-bagian dari sistem regulasi pada
manusia, dan penjabarannya?
2. Apa sajakah bagian-bagian dari homeostatis dan
penjabarannya?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagian-bagian sistem regulasi pada
manusia beserta penjabarannya.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari homeostatis dan
penjabarannya.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Sebagai
sumber informasi tentang Homeostatis dan Sistem Regulasi pada Manusia.
2.
Sebagai
salah satu penunjang nilai mata kuliah Dasar Biomedik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sistem Regulasi
Sistem Regulasi merupakan suatu
sistem yang mengkoordinasi segala aktivitas tubuh, sehingga sistem regulasi
pada manusia atau yang sering disebut dengan sistem saraf dapat dikatakan suatu
sistem yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Sistem regulasi
ini juga merupakan sistem koordinasi yang mengatur agar semua sistem organ
dapat bekerja secara serasi. Jadi secara umum sistem regulasi adalah sistem
organ yang meregulasi atau mengatur sistem-sistem organ tubuh lain. Sistem ini
juga bertanggung jawab atas pengetahuan dan daya ingat yang dimiliki manusia.
Sistem regulasi pada manusia
terdiri dari sistem saraf, sistem endokrin atau hormon, dan indra. Sistem saraf
bekerja cepat dalam
menanggapi perubahan, sedangkan sistem hormon bekerja lambat dalam. Indra adalah reseptor
rangsang dari luar.
2.2. Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu
jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan
yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi
antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng ini juga
mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya, karena pengaturan
saraf tersebut maka terjalin komunikasi
antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan
pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
·
Sebagai
Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi antara
tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alat indera, yang meliputi :
mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita
akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh
kita.
·
Sebagai
Alat Pengendali
Sebagai pengendali atau pengatur
kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan
fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf,semua organ tubuh akan bekerja dengan
kecepatan dan ritme kerjayang akurat.
·
Sebagai
Pusat Pengendali
Tanggapan Saraf merupakan pusat
pengendali atau reaksi tubuh
terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar.Karena
saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan
saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
Sistem saraf merupakan sistem
koordinasi/sistem kontrol yang bertugasmenerima rangsangan ke semua bagian
tubuh sekaligus memberikan tanggapanterhadap rangsangan tersebut (jaringan
komunikasi dalam tubuh). Sel-selnyadibedakan menjadi dua, yaitu sel-sel saraf
(neuron) dan neuroglia (memberi nutrisidan bahan untuk hidupnya neuron).
1. Sel Saraf (neuron)
Merupakan unit struktural dan
fungsional dari sistem saraf. Tersusun atas badan sel saraf, dendrit, dan
neurit (akson).
Gambar:
Sel Saraf
o
Badan
sel, mengandung nucleus dan nucleolus yang dikelilingi olehsitoplasma.
o
Dendrit,
merupakan serabut saraf pendek yang bercabang-cabang keluar dari badan
sel. Berfungsi menerima impuls (rangsangan) yang datang
dari neuronlain untuk dibawa menuju badan sel saraf.
o
Neurit (akson), merupakan serabut saraf panjang dan umumnya impuls dari badan
sel saraf ke kelenjar-kelenjar dan serabut-serabut ke otot. Kebanyakandiselubungi
selubung myelin yang berfungsi melindungi, memberi nutrisi,dan mempercepat
jalannya impuls.
o
Nukleus
adalah inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel.
o
Selubung
Mielin adalah sebuah selaput yang banyak
mengandung lemakyang berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan.
Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut
nodus ranvier.
o
Sel
Schwann adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit (akson) dan
membantu regenerasi neurit (akson).
o
Nodus ranvier berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier tersebut
memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus kenodus yang lain, sehingga impuls
lebih cepat sampai pada tujuan.
o
Sinapsis
adalah pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung dendrit di sel
saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada bagian ujung akson
terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut berisi
zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls
saraf pada sinapsis.
2.2.1. Macam-Macam Sel Saraf
a.
Sel
saraf motorik (eferen): sel saraf yang
membawa rangsang dari sistemsaraf pusat ke sel-sel efektor (otot dan kelenjar).
b.
Sel
saraf sensorik (aferen): sel saraf yang membawa rangsang darireseptor ke dalam
sistem saraf pusat.
c.
Sel
saraf asosiasi: penghubung sel saraf sensorik dan motorik.Berdasarkan tempatnya
dibagi menjadi dua:
1) Sel saraf
konektor ( Interneuron): menghubungkan antar neuron
2) Sel saraf adjustor: penghubung sel saraf
sensorik dan motorik
2.1.2. Struktur atau susunan Sistem Saraf
a. Sistem
Saraf Pusat
1) Otak
Gambar:
Otak Manusia
a)
Otak
Besar (Cerebrum)
Gambar: Belahan
pada otak besar
Otak besar dibagi menjadi empat
bagian, yaitu:
o
Bagian
dahi (lobus frontalis): berperan dalam aktivitasmotorik volunter, kemampuan
berbicara dan berbahasa,dan elaborasi pikiran.
o
Bagian
tengah/ubun-ubun (lobus parientalis): berperan sebagai pengatur kerja
kulit dan otot terhadap pengaruh
panas, dingin, sentuhan, tekanan, dan nyeri serta merasakan
kesadaran mengenai posisi tubuh.
o
Bagian samping (lobus temporalis): berperan
sebagai pusat pendengaran.
o
Bagian
belakang (lobus oksipitalis): berfungsi sebagai pusat penglihatan.
§ Otak Depan (Diensefalon)
Otak depan dibagi : talamus dan hipotalamus. Talamus
merupakan pusat pengatur sensorik yang berasal dari otak besar, menerima semua rangsang yang berasal dari sensorik
cerebrum sedangkan hipotalamus merupakan pengontrol suhu tubuh, pengontrol rasa
haus dan pengeluaran urine, pengontrol asupan makanan, pengontrol perilaku
dan emosi.
b)
Otak
Tengah (Mesencefalon)
Otak tengah merupakan pusat
keseimbangan otak depan dan
otak belakang. Otak tengah merupakan pusat dari refleks mata dan
pendengaran.
c)
Otak
Belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan medulla oblongata. Medula
oblongata berfungsi mengatur
denyut jantung, tekanan darah, mengatur pernafasan, sekresi ludah,
menelan, gerak peristaltik, batuk, dan bersin.
§ Otak Kecil (cerebelum)
Fungsi
utama sebagai pusat keseimbangan otot dan koordinasi otot.
Gambar: Otak kecil,
pons varoli, dan medula oblongata
-
Sumsum
lanjutan (medula oblongata)
Berfungsi
mengatur refleks fisiologi (denyut
jantung, pernapasan, pelebaran dan penyempitan pembuluhdarah).
2) Medula Spinalis (Sumsum Tulang
Belakang)
Sumsum tulang belakang merupakan
lanjutan dari medulla oblongatake bawah sampai ruas kedua tulang pinggang.
Sumsum
tulang belakang berfungsi untuk menghubungkan impuls dari dan ke otak
,memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks.
Gambar Medula
Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Bagian-bagian sumsum tulang
belakang:
a.
Lapisan
luar berwarna putih dan mengandung akson.
b.
Lapisan
dalam berwarna kelabu dan mengandung badan sel saraf.
c.
Bagian dalam terdapat bagian yang
berbentuk kupu-kupu yangdisebut akar dorsal (mengandung sensorik, dendritnya
berhubungandengan reseptor), dan akar ventral (mengandung neuron
motorik,aksonnya menuju efektor).
Pelindung pusat susunan
saraf otak dan sumsum tulang belakang)disebut meninges, yang
meliputi :
a)
Piameter,
merupakan selaput paling dalam yang menyelubungi permukaan otak dan
sumsum tulang
belakang, banyak mengandung pembuluh darah, berperan memberi
oksigen dan zat makanan serta mengeluarkan sisa metabolisme.
b)
Arakhnoid,
berupa jaringan yang lembut, terletak diantara piameter dan durameter.
c)
Durameter,
merupakan lapisan terluar yang padat dank erasserta menyatu dengan tengkorak.
Pada sistem saraf
pusat terdapat cairan yang cerebrospinal,
terletak pada ventrikel otak dan sentralis berfungsi untuk suplai nutrisi sel-sel otak
dan medulla spinalis.
Gerak Refleks: reseptor – saraf
sensorik– sumsum tulang belakang– saraf motorik– efektor.
b. Sistem
Saraf Tepi
Tersusun atas 12 pasang saraf
otak yang keluar dari beberapa bagianotak menuju alat indera, kelenjar, dan
otot.
No. Saraf
|
Nama Saraf
|
Jenis Saraf
|
Impuls
|
I
|
Olfaktori
|
Sensori
|
Dari indera pencium pada
lapisan hidung
|
II
|
Optik
|
Sensori
|
Dari indera penglihat dari
retina mata
|
III
|
Okulomotorik
|
Motor
|
Menuju otak, penggerak bola
mata
|
IV
|
Troklear pathenik
|
Motor
|
Menuju otak, penggerak bola
mata oblique superior
|
V
|
Trigeminal
|
Gabungan
|
Dari dan menuju daerah muka
atau wajah, gigi dan rahang
|
VI
|
Abdusen
|
Motor
|
Menuju otot penggerak mata
rektus eksternal
|
VII
|
Facial
|
Gabungan
|
Dari dan menuju lidah, wajah,
bibir dan kelopak mata
|
VIII
|
Auditori
|
Sensori
|
Dari indera di telinga dalam
(koklea dan salaruan setengah lingkaran)
|
IX
|
Glossofaringeal
|
Gabungan
|
Dari daerah belakang lidah
tonsil, langit-langit menuju kelenjar ludah dan otot-otot faring
|
X
|
Vagus
|
Gabungan
|
Dari dan menuju laring,
paru-paru, jantung, lambung, pangkreas, hati, otot-otot badan, dan otot
anggota gerak
|
XI
|
Spinalis
|
Motor
|
Menuju otot laring, faring, dan
langit-langit halus
|
XII
|
Hipoglosal
|
Motor
|
Menuju otot-otot lidah
|
1)
Serabut
saraf ota
2)
Serabut saraf otak atau cranial, diantaranya
Olfaktoriu (penciuman), Optik (penglihatan), Stato akustik
(keseimbangan dan pendengaran).Berdasarkan karakteristiknya, saraf
cranial dikelompokkan menjadi tiga.
a)
Saraf
cranial sensorik, terdiri atas saraf nomor I, II, dan VII.
b)
Saraf
cranial motorik, terdiri atas saraf nomor III, IV, VI, XI, dan XII.
c)
Saraf
cranial sensorik dan motorik, terdiri atas saraf nomor V, VII,IX.
d)
Saraf
pengembara, yakni saraf yang mempunyai daerah jelajahluas yaitu saraf nomor X
(nervus vagus)
3)
Serabut
saraf tulang belakang atau spinal,
merupakan gabungan saraf sensorik
dan motorik. Serabut saraf sensorik masuk ke akar dorsal, sedangkan serabut saraf
motorik keluar melalui akar ventral.
31 pasang serabut saraf sumsum tulang belakang (31 pasang saraf spinal) merupakan
gabungan dari saraf sensorik dan motorik yangkeluar melalui akar ventral.
Berdasarkan asalnya, dibedakan menjadi
8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang
saraf pinggul, dan 1 pasang saraf ekor.
c. Sistem
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom
dibagi menjadi dua, yaitu simpatis dan parasimpatis. Keduanya bekerja secara
berlawanan.
Gambar
Saraf Parasimpatik dan Simpatik
1)
Saraf
simpatik
Saraf simpatik berpangkal pada medulla spinalis
daerah leher dan pinggang, disebut saraf torakolumbar, berfungsi untuk mengaktifkan
organ agar bekerja secara otomatis. Serabut ini menuju ke otot polos, alat
peredaran darah, pencernaan makanan, dan pernafasan.
2)
Saraf
parasimpatik
Saraf
para simpatik berpangkal pada kedua oblongata dan daerah sacrum, bekerja
berlawanan dengan saraf simpatik.
2.1.3. Mekanisme Kerja Saraf
Neuron mampu menerima dan merespon terhadap rangsang. Rangsang dari dendrit ke badan sel
saraf oleh akson akan diteruskan ke dendrite akson yang lain. Bila sampai di ujung
akson, maka ujung akson akan mengeluarkan neurohumor yang memacu dendrit yang
berhubungan dengan akson tadi. Berikut ini neurohumor yang dikenal:
a.
Asetilkolin,
merupakan zat pemacu hubungan antara neuron dengan neuron, neuron dengan otot lurik,
dan neuron dengan otot polos.
b.
Adrenalin
(epinefrin), memacu hubungan antara neuron dengan otot jantung,neuron dengan
otot polos bronkus. Epinefrin bersifat inhibitor, namun zat inidapat
dihilangkan oleh enzim kolinesterase pada sinapsis.
2.1.4. Penghantaran Impuls
a.
Penghantaran
impuls saraf melalui sinapsis
Penghantaran impuls
saraf melewati sinapsis dibantu oleh senyawa kimia yang disebut
neurotransmiter , seperti: asetilkolin, norepinefrin, dopamin,dan
serotonin.
b.
Penghantaran impuls
saraf melalui sel saraf
Perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan
bagian dalam serabutsaraf mengakibatkan mengalirnya impuls dalam serabut saraf
tersebut.
2.1.5. Gerak Biasa dan Gerak Refleks
1.
Gerak
biasa yaitu gerak yang disadari, misalnya menulis, berjalan, dan makan. Gerak biasa impulsnya melalui otak.
Jalannya rangsang : reseptor → neuron sensorik →
otak → neuronmotorik → efektor.
2.
Pada
gerak refleks, rangsangan tidak diolah di otak. Jalan terpendek yangdilalui
gerak ini disebut lengkung refleks.
Jalannya rangsang : reseptor → neuron sensorik →
sumsum tulang belakang → neuron motorik → efektor.
2.1.6. Gangguan atau Penyakit pada Sistem Saraf
a.
Meningitis,
peradangan pada selaput pembungkus otak maupun tulang belakang sebagai
akibat infeksi bakteri.
b.
Penyakit
ensefalitis, otak mengalami infeksi dan pembengkakan yangdisebabkan virus,
misalnya virus yang dibawa oleh nyamuk atau serangga pengisap darah maupun
virus herpes, gondong, HIV, dan adenovirus.
c.
Epilepsi,
kondisi otak yang membuat penderita sensitif terhadap
kejang berulang-ulang. Disebabkan kerusakkan otak pada saat lahir, infeksi,racun,
luka pada kepala, atau tumor pada otak.
d.
Neuritis, iritasi pada neuron yang disebabkan oleh infeksi, kekuranganvitamin,
keracunan, maupun karena obat-obatan.
e.
Alzheimer,
berkurangnya kemampuan dalam mengingat.
2.3. Sistem Endokrin atau Hormon
1.
Pengertian
Hormon
adalah getah yang disekresikan oleh kelenjar dan langsung diedarkan ke cairan
tubuh (darah) untuk mengkomunikasikan pesan-pesanyang sifatnya mengatur tubuh.
2.
Sistem
endokrin dikontrol oleh hipotalamus, dengan cara menerimainformasi dari otak
dan mengintegrasikan ke dalam sistem endokrinsesuai dengan kondisi lingkungan.
3.
Berdasarkan
aktivitasnya, kelenjar endokrin/buntu dibedakan menjadi:
a.
Kelenjar
yang bekerja sepanjang hayat: bekerja terus menerusmenghasilkan hormon. Contoh:
kelenjar tiroid, hormonnya tiroksin.
b.
Kelenjar
yang bekerja sampai waktu tertentu: bekerja hanya sampai pada masa
tertentu. Contoh: kelenjar kelamin, hormon GH/STH.
c.
Kelenjar
yang bekerja mulai waktu tertentu: bekerja mulai masa tertentu. Contohya
kelenjar timus, hormon FSH, LH, dan prolaktin.
4.
Hormon
berfungsi sebagai mengatur homoeostatis, memacu pertumbuhan,
untuk reproduksi, mengatur metabolisme, mengatur tingkahlaku.
Berikut
perbedaan antara kerja sistem saraf dan siistem endokrin
No.
|
Sistem Saraf
|
Sistem Endokrin
|
1.
|
Responnya cepat
|
Responnya lambat
|
2.
|
Signal-signal dibawa melalui
neuron
|
Hormon-hormon dibawa melalu
darah
|
3.
|
Responnya langsung terhadap
rangsangan di luar
|
Responnya tidak langsung terhadap
internal
|
2.4. Sistem Penginderaan
PengertianIndera adalah kumpulan
dari reseptor yang membentuk organ atau alatkhusus. Macam-macam indera adalah:
a.
Indera
Peraba (Tangoreseptor)
Gambar Bagian Indera Peraba
1.
Terletak
di kulit, ada yang ujung sarafnya bebas ada yang berselubung (disebut
saraf korpuskel).
2.
Beberapa
ujung saraf pada kulit: paccini (tekanan kuat), ruffini(panas), meisner
(nyeri), merisneer (peraba), krausse (dingin).
b.
Indera
Pengecap
Gambar
Bagian bagian lidah
1.
Reseptornya
disebut kemoreseptor (berupa zat kimia).
2.
Terdapat
di lidah dalam bentuk puting/papil pengecap Tigamacam papil: papil bentuk
benang (papil peraba yangmenyebar di seluruh permukaan lidah), papil yang
dilingkarisaluran (papil pengecap), dan papil bentuk martil
(papil pengecap yang ada di tepi lidah).
3.
Indra
pengecap yang mampu mengecap empat cita rasayaitu manis (ujung lidah), asin
(samping depan lidah), asam(samping belakang lidah), dan pahit (pangkal lidah).
c.
Indera
Pembau
Gambar Bagian hidung
1)
Sel-sel
pembau mempunyai ujung-ujung berupa rambut halusyang berhubungan dengan saraf
melalui tulang saringan dan bersatu menjadi urat saraf olfaktori yang
menuju ke otak.
2)
Menerima
rangsang berupa bau atau oflaksi.
d.
Pendengaran
dan Keseimbangan
Gambar
Bagian bagian telinga
1.
Telinga
luar: daun telinga, liang telinga yang membantumengkonsentrasikan gelombang
suara.
2.
Telinga
Tengah:
-
Membran
Timfani (selaput gendang), menerimagelombang bunyi.
-
Tulang-tulang
pendengaran: tl. Martil (os maleus), tl.Landasan (os inkus) dan tl. Sanggurdi
(os stapes),meneruskan vibrasi ke jendela oval.
-
Saluran
eustachius, menyeimbangkan tekanan udaraantara telinga tengah dengan
lingkungan.
3.
Telinga
dalam
-
Jendela
oval, penghubung telinga tengah dan telinga dalam.
-
Jendela
melingkar, sebagai reseptor suara.
-
Koklea
(rumah siput), reseptor untuk gerakan kepala.
-
Saluran
semisirkuler dan utrikulus, reseptor gravitasi.
-
Membran
basiler, meneruskan vibrasi.
-
Organ
Korti, tempat terdapatnya reseptor suara berbentuk rambut.
-
Membran
tektorial, meneruskan vibrasi ke organ korti.
4.
Proses
mendengar adalah sebagai berikut:
Getaran
suara → s aluran pendengaran → membran timpani → martil → landasan → sanggurdi → tingkap bulat → cairan pada koklea bergetar → ujung saraf → otak → timbul persepsisuara.
e.
Penglihatan
Gambar Bagian bagian mata
1)
Bagian-bagian
mata:
ü Kornea berfungsi membantu
memfokuskan bayangan benda pada retina.
ü iris (selaput pelangi),
bagian yang mengandung pigmenmata, untuk memperlebar atau memperkecil lubang
pupil;
ü pupil: pengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam
bola mata.
ü lensa: mempunyai daya
akomodasi;
ü bintik kuning (fovea): banyak mengandung saraf sehinggasangat
peka untuk menerima sinar. Bintik kuning banyakmengandung sel basilus dan sel
konus;
ü bintik buta: tempat masuk dan berbeloknya berkas sarafmenuju
ke pusat saraf;
ü cairan pengisi rongga:
aqueous humor dan vitreous humor.2)
2)
Fotoreseptor
ada dua, yaitu:
ü Bacillus (batang), menerima rangsang sinar lemah dan tak berwarna
dan mengandung rodopsin (vit A dan protein).
ü Conus (kerucut), menerima
rangsang sinar kuat dan warnadan mengandung indopsin (retinin dan opsin)3)
3)
Proses
melihat adalah sebagai berikut:rangsangan cahaya → kornea→ aqueous humor → lensa→ vitreous humor → retina (fotoreseptor)→ saraf→ otak→ kesan melihat.
4)
Kelainan
pada mataa)
§ Miopi: mata yang hanya
mampu melihat jelas pada jarak dekat.
§ Hipermetropi: mata yang
hanya mampu melihat jelas pada jarak jauh.
§ Presbiopi: mata yang
mengalami penurunan dayaakomodasi lensa.
§ Astigmatisma
Bidang
refraksi tidak rata sehingga sinar masuk ke dalam mata tidak difokuskan ke
satu titik. Kelainan ini dikoreksidengan lensa silindris.
§ Kekurangan Vitamin A,
menyebabkan:
a. Bintik bitot, yaitu
bintik putih pada kornea.
b. Xeroftalmia, keadaan
kornea mongering.
c. Keratomalasi, kornea
rusak
d. Kebutaan kornea
§ Kataraks
Karena
kekurangan vitamin B (riboflavin) sehingga penglihatan
terganggu karena lensa mata keruh.
§ Buta Warna
Kebutaan
terhadap warna di dalam retina terhadap tiga macam sel kerucut yang
masing-masing peka terhadap warna
dasar merah, hijau, dan biru. Berdasarkan reseptor warna tersebut dikenal:
§ Mata Trikromat, yaitu
mata normal, memiliki tiga macam reseptor
warna.
§ Mata Dikromat, yaitu
hanya memiliki dua reseptor warna, dibedakan
menjadi protanopia (buta warna), deutaranopia (buta warna hijau), dan
ritanopia (buta warna biru).
§ Mata Monokromat, yaitu
hanya memiliki satu macam reseptor
warna, sehingga hanya dapat melihat warna hitam dan putih, serta bayangan
abu-abu.
§ Glaukoma
Glaukoma
adalah
meningkatnya volume aqueous humor, menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler sehingga kapiler darah tertekan, kelangsungan
hidup sel-sel penyusun retina terancam dan dapat berakibat kebutaan.
§ Strabismus (juling)
Merupakan
gangguan otot penggerak mata, dapat diperbaiki dengan cara operas
2.5.
Pengertian Homeostatis
Homeostasis berasal dari bahasa
Yunani : homeo berarti “sama”, stasis “mempertahankan keadaan”, sehingga
dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli
fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu
konstan di lingkungan dalam.
Homeostasis dipertahankan oleh
mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh.
Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan
tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan
dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan
untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.
2.5.
Dasar-dasar Homeostatis
Ahli ilmu faal Amerika Serikat
Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostasis, yaitu:
1. Peran system saraf dalam
mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2. Adanya kegiatan pengendalian yang
bersifat tonik.
3. Adanya pengendalian yang bersifat
antagonistik.
4. Suatu sinyal kimia dapat mempunyai
pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
2.6.
Faktor-faktor Yang Dipertahankan Secara Homeostatis
Faktor-faktor lingkungan internal
yang harus dipertahankan secara homeostasis, yaitu :
1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul
nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk
menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang
aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
2. Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan
reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien
digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut
berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga
CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan
internal.
3. Konsentrasi zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia menghasilkan
proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun
melebihi batas tertentu.
4. pH.
Diantara efek-efek paling mencolok
dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme
pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua
sel.
5. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit
lain
Karena konsentrasi relative garam
(NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi
berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur
secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat
berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain
memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung
yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang
relative konstan.
6. Suhu.
Sel-sel tubuh berfungsi secara
optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami
perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih
buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila
suhunya terlalu panas.
7. Volume dan tekanan.
Komponen sirkulasi pada lingkungan
internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang
adekuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat
terdistribusi ke seluruh tubuh.
2.7.
Konstribusi Berbagai Sistem Tubuh Bagi Homeostatis
Homeostasis sangat penting bagi
kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap sel, melalui
aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system
tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua
sel.
Terdapat sebelas system tubuh utama,
kontribusi terpenting mereka untuk homeostasis dicantumkan sebagai berikut:
1. Sistem Sirkulasi
Merupakan system transportasi yang
membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa,elektrolit, dan
hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2. Sistem Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi
molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk
didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit
dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini mengeluarkan
sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke lingkungan eksternal melalui
tinja.
3. Sistem Respirasi
Mengambil O2 dari udara dan
mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan
pengeluaran CO2 pembentuk asam, system respirasi juga penting untuk
mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.
4. Sistem Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air,
dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi
jaringan lunak dan organ-organ. System ini juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus
dipertahankandalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot ,
system rangka juga memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6. Sistem Otot
Menggerakkan tulang-tulang yang
melekat kepadanya. Dari sudut pandang homeostasis semata-mata, sistem ini
memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas
yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada
di bawah kontrol kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk
melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar
dari keterampilan motorik halus yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai
gerakan-gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu
diarahkan untuk mempertahankan homeostasis.
7. Sistem Integument
Berfungsi sebagai sawar protektif
bagian luar yang mencegahcairan internal keluar dari tubuhdan mikroorganisme
asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh.
Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal
dapat disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran
darah hangat ke kulit.
8. Sistem Imun
Mempertahankan tubuh dari
seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker. System
ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua atau
cedera.
9. Sistem Saraf
Merupakan salah satu dari dua system
pengatur atau control utama tubuh. Secara umum, system ini mengontrol dan
mengkoordinasikan aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat. System ini
sangat penting terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap
berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain itu, system ini akan
bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya
ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan
kreatifitas.
10. Sistem
Endokrin
Merupakan system kontrol utainnya.
Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada system endokrin mengatur
aktifitas yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan.
System ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan
dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit
lingkungan internal.
11. Sistem
Reproduksi
Sistem ini tidak esensial bagi
homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup individu. Akan
tetapi, system ini penting bagi kelangsungan hidupsuatu spesies.
2.8.
Sistem Control Homeostatis
Untuk mempertahankan homeostasis,
tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga dalam retang yang sempit.
Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem tubuh yang bertanggung jawab
untuk menyesuaikan faktor-faktor itu.
Sebagai contoh, untuk mempertahankan
konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu
mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan kemudian dengan tepat
mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang
diinginkan.
Sistem control yang beroperasi untuk
mempertahankan homeostasis dapat dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:
- Control intrinsic
Control intrinsik (local, intrinsic
berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau inheren
bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang
beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2 untuk menghasilkan
energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas kontraktilnya, konsentrasi
O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot tersebut.
Melalui kerja langsung pada otot
polos di dinding pembuluh darah yang mengaliri otot-otot tersebut,
perubahan-perubahan kimiawi local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan
pembuluh terbuka lebar untuk mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot
tersebut. Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang
optimal di dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot
tersebut.
- Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic
berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang
dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control
ekstrinsik berbagai organ dan system dilaksanakan oleh system saraf dan
endokrin, dua sistem kontrol utama pada tubuh.
Control ekstrinsik memungkinkan
pengaturan beberapa organ sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama;
sebaliknya, control intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat control
tersebut bekerja. Mekanisme pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan
penting untuk mempertahankan keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara
keseluruhan.
2.9.
Tahapan-tahapan Homeostatis
Homeostasis terdiri dari 3 tahap:
- Homeostasis primer
Jika terjadi desquamasi dan luka
kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis primer
ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan
menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit.
Homeostasis primer ini bersifat
cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup
untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
- Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada
pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum
cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang
melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.
Homeostasis sekunder ini mencakup
pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan
long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka
proses berlanjut ke homeostasis tersier.
5. Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan
untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Homeostasis tersier
melibatkan sistem fibrinolisis.
2.10. Ketidakseimbangan Homeostatis
Jika satu atau lebih sistem tubuh
gagal berfungsi secara benar, homeostasis terganggu dan semua sel akan
menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal tempat
mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis.
Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan
fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis
menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup,
timbul kematian.
Hampir semua penyakit merupakan
kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang dilingkungan
sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika
tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat
bergangtung pada suhu tertentu.
Contoh lain adalah kaehilangan drh
dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu
mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah
mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam
jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai
sehingga berakibat fatal.
Tanggung jawab dokter dan para medis
adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indikator
homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi
homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah
sahingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai sistem organ dan organ
yang terlibat bekerja sama untuk terus mempertahankan lingkungan internal yang
stabil. Berfungsinya tubuh memerlukan semua sistem untuk bekerja sama dan dalam
kondisi yang tepat. Banyak penyakit dapat mempengaruhi berbagai organ dan
sistem organ tubuh. Ketidakseimbangan homeostasis terjadi ketika homeostasis
dalam tubuh tidak dapat dipertahankan dan dapat menyebabkan kematian. Oleh
karena itu penting untuk merawat tubuh dan menjaga hal ini untuk menyimpan
semua sistem dalam kondisi kerja yang baik.
3.2 Saran
Dari
penjelasan di atas memberikan kita
gambaran mengenai sistem regulasi pada manusia dan homeostatis sebaiknya
mengoptimalkan penerapan sistem regulasi tubuh dengan optimal sehingga
keseimbangan homeostatis pada tubuh dapat terjaga sehingga tubuh tidak mudah
terkena penyakit.
Daftar
Pustaka
No comments:
Post a Comment