Thursday, April 6, 2017

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DAN PENYAKIT ASMA



LAPORAN
Hasil Observasi Salah Satu Penduduk Di RT. 08 Gg. Kampus Biru Jl. KH. Wahid Hasyim Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara.
 



  





Di Susun Oleh:
Faradina (1613201037)
Maria Efiona Da Silva (1613201035)
Maria Magdalena (1613201119)
Muhammad Arsad (1613201125)
Tati (1613201032)

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2017







KATA PENGANTAR


Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Masyarakat Kampung Baru Babakan, yang sudah mengizinkan kami untuk melakukan observasi guna penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin.
















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………….....ii
BAB I  PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………….1
A.      Latar Belakang……………………………………………………………………………………. 1
B.      Rumusan Masalah……………………………………………………………………………    1
C.      Tujuan Observasi………………………………………………………………………………    1
D.     Manfaat Observasi………………………………………………………………………….     2
BAB II KAJIAN TEORI
A.      Factor-faktor Perilaku Kesehatan……………………………………………………..    3
B.      Factor-faktor Penyakit TBC………………………………………………………………     4
C.      Faktor-faktor Penyakit Asma……………………………………………………………     4
D.     Lingkungan dan Kesehatan Lingkungan…………………………………………….    5
E.      Masa Usia Lanjut…………………………………………………………………………….     7
BAB III PEMBAHASAN KASUS……………………………………………………………………………      8
A.      Laporan Penelitian………………………………………………………………………….      8
B.      Perencanaan Mengubah Perilaku …………………………………………………..     9
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………………      11
A.      Kesimpulan ……………………………………………………………………………………      11
B.      Kritik dan Saran………………………………………………………………………………      11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………….      12
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….       13


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
Perilaku kesehatan adalah suatu repson seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi ini. Dengan lingkungan yang sehat maka manusia akan terhindar dari penyakit.
Kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya(Notoadmojo,2003). Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibatpengembangan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup. Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebab timbulnya perubahan yang tidak diharapkan baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis, sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktifitas manusia serta organism lainnya (Supardi, 2003).

2.      Tujuan
       Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui kehidupan sehari-hari dan perilaku kesehatan lingkungan Bapak Sutopo dan factor apa saja yang menjadi masalah kesehatannya.

3.      Manfaat
      Manfaat dari penyusunan makalah ini kita dapat mengetahui perkembangan perilaku seseorang dan dapat memberikan solusi-solusi terhadap perilaku tersebut serta dapat dijadikan contoh untuk diri kita sendri.
























BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Factor Perilaku Kesehatan
Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:
1.      Factor predisposisi (predisposing factor)
Factor ini mencakup pengetahuan dan sikapmasyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi dan sebgainya.
2.      Factor pemukiman (enabling factor)
Factor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti, puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnyaperilaku kesehatan.
3.      Factor penguat
Factor ini meliputi factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berprilaku kesehatan, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlakukan perilaku contoh(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terlebih lagi petugas kesehatan. Disamping itu, undang-undang juga diperlakukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit TBC
1.      Factor social ekonomi
disisni sangat eratkeadaan rumah, keadaan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitas tempat kerja yang buruk dapat mempermudah penularan TBC.
2.      Status gizi
 keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga retan terhadap penyakit.
3.      Umur
Penyakit TBC paling sering ditemukan pada usia muda dan usia produktif 15-50 tahun, dengan terjadinya transisi demografi saat ini menyababkan manusia harapan hidup lansia lebih tinggi laki-laki dibanding perempuan.
4.      Jenis kelamin
Penderita TBC cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan.
C.     Factor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Asma
1.      Factor keturunan/genetika
Seperti yang disebutkan bahwa asma merupakan penyakit bawaan (turunan) dari anggota keluarga lainnyayang memilikiriwayat penyakit asma, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa asma itu bukan penyakit menular tetapiditurunkan.
2.      Factor cuaca
Selain dari factor keturunan ternyata cuaca dapat mempengaruhi saluran nafas sseorang menjadi sensitive, biasanya perubahan suhu secara ekstrim dapat memicu terjadinyaserangan asma pada seseorang.
3.      Infeksi saluran pernafasan
Penyakit asma juga dapat dipicu oleh factor infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu yang menyerang system pernafasan. Infeksi ini dapat memicu terjadinya peradangan pada saluran pernafasan sehingga menjadi lebih sensitive.
4.      Factor lingkungan
Tinggal didalam ruang lingkup lingkungan yang penuh polusi oleh asap juga dapat membuat saluran pernafasan seseorang menjadi sensitive dan mudah menjadi peradangan. Selain itu tinggal di dalam rumah yang kotor dan berdebu juga berpotensi menyebabkan seseorang terkena asma begitu juga dengan asap rokok, kendaraan, pembakaran hutan/sampah yang jauh lebih berbahaya terhadap saluran pernafasan dan dapat menyebab infeksi
5.      Factor makanan
Yang terakhir adalah soal makanan yang kita konsumsi setiap hari, saluran pernafasan yang sensitive dapat dipicu oleh makanan yang mengandung kadar sulfit tinggi. Sulfit ini bersifat sulfur dan dapat meradangkan saluran pernafasan menjadi lebih sensitif, makanan yang biasanya dihindari oleh penderita asma seperti seafood, kacang-kacangan terutama tanah, minuman beralkohol atau bersoda.

D.    Lingkungan, Kesehatan Lingkungan, Perkembangan Ilmu Kesehatan dan  Ilmu Kesehatan Masyarakat
1.      Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah kesatuan ruang lingkup dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang memepengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitarnya, baik berupabenda hidup, benda mati, benda nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Slamet, 2007).
2.         Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif  antara kelopok penduduk atau masyarakat dan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan, bahan, zat, atau kekuatan disekitar manusia, yang menimbulkan ancaman atau berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat, serta bagaimana mencari upaya-upaya pencegahannya.
3.      Perkembangan ilmu kesehatan
Perkembangan pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap konsep penyakit mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Semula, orang-orang beranggapan bahwa penyakit disebabkan oleh kekuatan gaib atau kekuatan supernatural, sehingga pengobatan yang dilakukan pun disesuaikan dengan konsep tersebut. Para dukunlah yang dianggap mampu mengatasinya. Selain itu adpula anggapan bahwa penyakit timbul akibat perbuatan dosa. Maka, seiring dengan konsep tersebut, pengobatan dilakukan oleh para tokoh kepercayaan, agama dan sebagainya.
4.       Dalam upaya mencegah penyakit dengan memperhatikan seluruh elemen Ilmu kesehatan masyarakat
penentu terjadinya penyakit karena pada dasarnya timbul berbagai penyakit ditentukan oleh berbagai factor. Untuk menjadi sehat tidak cukup hanya dengan pencegahan penyakit secara perseorangan, tetapi harus melihatdan mengelola masyarakat sebagai suatu kesatuan bersama lingkungan hidupnya. Artinya kesehatan erat sekali hubungannya denga sumber daya social ekonomi, tidak hanya tergantung dari fasilitas kesehatan yang ada.
Atas dasar pengetahuan ini, timbullah ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu ini jelas lebih luas cakupannya daripada ilmu kesehatan dengan konsep-konsep pengetahuan sebelumnya.

5.      Masa Usia Lanjut
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu ke waktu yang penuh dengan manfaat. Apabila seseorang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, maka ia akan sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa sekarang dan mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin.
Setiap individu pada masa dewasa akhir/lanjut mengalami apa yang disebut dengan penuaan. Penuaan di sini didefinisikan sebagai transformasi organisme manusia setelah usia kematangan fisik, sehingga probabilitas kelangsungan hidup menurun dan itu disertai dengan teraturnya transformasi atau perubahan dalam  penampilan, perilaku, pengalaman, dan peran sosial.
Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin lanjut usia seseorang, secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimiliknya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya, sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal, seperti kurang memperhatikan masalah kesehatan, kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen.

BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A.    Laporan Penelitian
1.      Lokasi Observasi
RT.08, Gang Kampus Biru, Jalan. KH Wahid Hasyim, Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara.

2.      Tanggal Observasi
Rabu, 22 Febuari 2017

3.      Biodata objek observasi
Nama                     : Sutopo
Usia                       : 71 Tahun
Jenis Kelamin        : Laki-laki
Agama                   : Islam
Pekerjaan               : Tidak Bekerja

4.      Identifikasi Masalah
Hasil observasi  kami dengan Bapak Suptopo pada hari selasa 21 maret 2017, dimana Bapak Sutopo pernah mengalami penyakit TBC dan Asma, kami simpulkan bahwa Bapak Suptopo mengalami masalah serius pada kesehatannya.
Beberapa factor yang mempengaruhi kesehatan Bapak Sutopo, yaitu:
1)      Kebersihan dan kesehatan
Masalah kesehatan yang berpengaruh yaitu berupa fasilitas seperti tidak tersedianya tempat sampah, tidak ada lemari pakaian tidak ada sabun untuk mencuci pakaian, dan tidak ada alat kebersihan lainnya. Selain itu dirumah bapak Topo lantainya sangat kotor, barang-barang berantakan serta horden tidak dibuka sehingga ruangan selalu tertutup tanpa ventilasi.
2)      Status ekonomi
Bapak Topo tidak bekerja, factor inilah yang menyebabkan bapak tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang, karena bapak Sutopo hanya mendapatkan asupan dari warga sekitar tempat tinggalnya.
3)      Factor usia
Usia tua yang Ia miliki membuat keterbatasan bapak untuk melakukan aktifitas, seperti mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan kurang pedulinya terhadap kebersihan lingkungan disekitarnya
4)      Keluarga
Bapak Topo hidup sebatang kara, Istri dan Anaknya meninggalkannya keluar kota. Kesendiriannya ini mempengaruhi pikiran serta tidak ada yang memperhatikan kesehatan beliau
5)      Kurangnya pengetahuan
Yang menjadi factor kurangnya pengetahuan yaitu kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat dan tingkat pendidikan. Sehingga tidak mengetahui apakah perilaku ini baik atau tidak untuk kesehatan

B.     Perencanaan Mengubah Perilaku
Ada beberapa planning kami untuk mengubah perilaku sehat Bapak Sutopo
1.      Menyediakan tempat sampah
2.      Menyediakan sapu & skop untuk kebersihan ruangan;
3.      Mengajak bapak untuk selalu membuka jendela/horden di siang hari;
4.      Mengajak bapak untuk mencuci piring dan pakaian dengan sabun;
5.      Mengajak  Bapak  untuk berolahraga kecil seperti jalan disekitar rumah setiap pagi hari;
6.      Mengadakan galang dana  untuk kebutuhan Bapak Sutopo



















BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari hasil observasi kami dapat disimpulkan bahwa factor perilaku keseharian pak Topo sangat berpotensi tinggi pengidap penyakit asma terutama kondisi didalam rumah yang sangat tidak baik umtuk kondisi di usia lanjut seperti bapak Topo.

B.     KRITIK DAN SARAN
Sebenarnya, yang dibutuhkan orang tua di usia lanjut seorang sebatang kara mungkin bukan sumbangan kebutuhan pokok walaupun tidak diragukan, hal tersebut memang diperlukan, tapi mungkin kebutuhan bagi rohani mereka ada seseorang yang bisa mendengarkan mereka berbicara maupun saling berbagi contohnya keluarga yang berperan penting memberikan perhatian serta kasih saying agar dapat saling menjaga kesehatan salah satunya.
Semoga kita dapat menyadari betapa besar jasa orang tua kita dan jangan sampai pernah berpikir untuk meninggalkan orang tua yang telah bersusah payah membesarkan kita. Mari kita lebih menghargai orang tua kita, ungkapkan terima kasih kita, kalo gak ada mereka kita gak mungkin bisa jadi kita yang seperti ini.




DAFTAR PUSTAKA

Oktaviana, Ribka, 2013. Factor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Asma : Samarinda
















LAMPIRAN
Dokumentasi Observasi
Gambar Halaman Rumah Bapak Sutopo

Gambar Ruang Depan Rumah yang dijadikan Tempat Mandi
Bapak Topo
Gambar Meja Makan atau Dapur Bapak Topo

Gambar Tempat Tidur Bapak Topo


Gambar, Bapak Sutopo Seorang Kakek Sebatang Kara dan
Penderita Asma
 

No comments:

Post a Comment