BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Biomedik
adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan azas-azas dan pengetahuan dasar
ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika) untuk menjelaskan fenomena
hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh hubungannya dengan
penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah,
mengobati, dan memulihkan kerusakan akibat penyakit.
Makhluk
homoiotherma adalah mahluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi
oleh temperature sekitar. Hal ini
dapat terjadi karena adanya mekanisme pengaturan
panas badan yang terpusat pada hipotalamus
melalui saraf-saraf terutama saraf otonom. Mekanisme pengaturan panas yaitu
dengan menjaga keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan
thermolisis (pembuangan panas). Temperatur kulit badan tidak sama disemua tempat makin
banyak berhubungan dengan udara luar temperature makin di pengaruhi oleh
temperature sekitar .
Suhu
tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain :
normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kita sering kali
berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya. Suhu tubuh manusia
cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh
manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.
Suhu
tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang
terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan
balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap,
hipotalamus akan merangsang untuk melakuan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan
pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dalam praktikum ini, yaitu:
1.
Mampu mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh.
2.
Mampu mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
3.
Mampu
mengetahui cara mengukur suhu
tubuh.
4.
Mampu mengukur suhu tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makhluk hidup homoitermal adalah
makhluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh temperature
sekitar. Hal ini dapat terjadi karena adanya mekanisme pengaturan panas badan
yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom.
Disamping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau masih belum jelas peranannya.
Mekanisme pengaturan panas adalah menjaga adanya keseimbangan antara
thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuangan panas). Produksi
panas tergantung dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia
eksotermal, misalnya kerja otot, menggigil, dan lain-lain. Pembuangan panas
adalah dengan cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan dan sebagian melalui
feses dan urine.
(Waluyo, 2012)
Termoregulasi bergantung pada
kemampuan hewan untuk mengontrol pertukaran panas dengan lingkungannya.
Organisme apapun, seperti objek apapun, mempertukarkan panas melalui empat
proses fisik: konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Esensi termoregulasi
adalah mempertahankan laju perolehan panas yang setara dengan laju kehilangan
panas. Pada
beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini melibatkan sistem integument,
lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit, rambut, dan kuku (cakar atau
kikil pada beberapa spesies). Salah
satu adaptasi termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang
mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan. Sumber-sumber insulasi
mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose.
Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior
dan eksterior.
(Campbell, 2008 )
Temperatur
atau suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau
dinginnya suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah
termometer. Namun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan
teknologi maka diciptakanlah berbagai macam termometer untuk mengukur suhu
dengan valid. Termometer yang digunakan dalam mengukur suhu badan manusia
adalah termometer jenis termometer klinis (Kanginan, 2007 ).
Temperature kulit badan tidak sama
disemua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin
dipengaruhi oleh temperature sekitar. Temperature yang paling mendekati
temperature tubuh sebenarnya adalah temperature rektar (melalui dubur), tetapi
kurang praktis dan tidak estetis. Oleh karen itu, yang sering dikerjakan
pengukuran temperature aksilar (melalui ketiak) dan oral (mulut). Adanya
penyakit infeksi menyebabkan suhu badan meninggi, juga kelainan kelenjar
endokrin menunjukkan perubahan suhu badan (Waluyo, 2012).
Tubuh
yang sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan walaupun pada kondisi
lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengatur suhu tubuh ada tiga
bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya,
integrator di dalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi
panas dan kehilangan panas (Asmadi, 2008).
Mekanisme pengaturan panas adalah menjaga adanya keseimbangan
antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuang panas).
Temperatur tubuh normal sekitar 36oC. Apabila suhu tubuh meningkat
lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh dengan cara menurunkan produksi panas
dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Koplewich, 2005).
Kegiatan metabolisme tubuh adalah
sumber utama dan pembentukan atau pemberian panas tubuh, pembentukan panas dari
metabolisme dalam keadaan basal (BMR) + 70 keal/jam sedangkan
pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%. Bila dalam keadaan dingin
sesorang menggigil maka produksi panas akan bertambah 5 kali (Sulistiyo, 2006).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan
normal berkisar pada 37ᵒC. Namun,
sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke
organ. Dalam
termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus
di sebelah luar (outer shell). Yang termasuk suhu inti
berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot
rangka. Suhu
inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan
kestabilannya. Penambahan
panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu
inti mengandung panas total tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas
yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan
panas dari lingkungan eksternal dan produksi panas internal. Sedangkan pengurangan
panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke
lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih
dingin daripada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan
panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas
akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari
makanan (Isnaeni, 2006).
Karena fungsi sel peka terhadap
fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh
pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil. Bahkan peningkatan suhu
tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi
protein yang ireversibel. Suhu
tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 37ᵒC (98,6ᵒF). Namun sebenarnya tidak
ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang
termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus
di sebelah luar (outer shell). Suhu
di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem
saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,8ᵒC (100ᵒF). Suhu inti internal
inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat
untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 20ᵒC
(68ᵒF) dan 40ᵒC (104ᵒF) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit
sengaja diubah-ubah
sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah
tetap konstan (Sherwood, 1996).
Suhu oral rata-rata adalah 37ᵒC
(98,6ᵒF), dengan rentang normal 36,1ᵒC sampai 37ᵒC (97-99ᵒF). Suhu rektum
rata-rata sekitar 0,6ᵒC (1ᵒF) lebih tinggi, yaitu 37,6ᵒC (99,7ᵒF), berkisar
dari 36,1ᵒC sampai 37,8ᵒC (97-100ᵒF). Ukuran
tersebut bukan merupakan petunjuk absolute suhu inti internal, yang rata-rata
sekitar 37,8ᵒC (100ᵒF). Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan,
terdapat beberapa faktor yang sedikit dapat mengubahnya, antara lain :
1.
Sebagian besar suhu
inti manusia dalam keadaan normal bervariasi sekitar 1ᵒC (1,8ᵒF) selama siang
hari, dengan tingkat terendah terjadi di pagi hari sebelum bangun (jam 6-7
pagi) dan titik tertinggi terjadi di sore hari (jam 5-7 sore). Variasi ini
disebabkan oleh irama biologis inheren atau “jam biologis”.
2.
Suhu inti wanita juga
mengalami irama bulanan dalam kaitannya dengan daur haid. Suhu inti rata-rata
0,5ᵒC (0,9ᵒF) lebih tinggi selama separuh terakhir siklus dari saat ovulasi ke
haid.
3.
Suhu inti meningkat
selama olahraga karena peningkatan luar biasa produksi panas oleh otot-otot
yang berkontraksi. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat sampai
setinggi 40ᵒC (104ᵒF).
4.
Karena mekanisme
pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit berubah-ubah jika
tubuh terpajan ke suhu yang ekstrim.
5.
Dengan demikian, suhu
inti dapat bervariasi antara sekitar 35,6ᵒC sampai 40ᵒC (96ᵒF-104ᵒF), tetapi
biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat. Nilai yang relatif
konstan ini dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang
dikoordinasikan oleh hipotalamus.
Hipotalamus
berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian
tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam
mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk
mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus
mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ᵒC. tingkat respons
hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat,
sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan
untuk memulihkan suhu ke normal.
(Isnaeni,
2006)
Untuk
membuat penyesuaian-penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme
pengurangan panas dan mekanisme penambahan serta konservasi panas, hipotalamus
harus secara terus menerus mandapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti
melalui reseptor-reseptor khusus yang peka suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer
memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai
perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor
sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan
saraf pusat dan organ-organ abdomen (Isnaeni, 2006).
Di
hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu. Regio posterior
diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang
memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior, yang
memperantarai pengurangan panas (Sherwood,
2001).
Bagian
otak yang mempengaruhi terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterion dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior berperan
meningkatkan hilangnya panas, vasilodatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior
berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloenektik,
menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatnya produksi hormon tiroid dan
mensekresi epinefrin dan norepnefrin serta meningkatkan basal metabolism rate. Jika terjadi penurunan
suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homoestatis yang membantu
memproduksi panas melalui mekanisme feel
back negative untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora,
2000).
BAB III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Selasa,
09 Mei 2017
Waktu : 09.00 – Selesai WITA
Tempat : Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
B.
Alat
dan Bahan
1.
Alkohol 70%
2.
Air es
3.
Siapakan probandus
laki-laki dan perempuan
4.
Thermometer klinis
5.
Tissue
C. Cara kerja
1.
Ditulis
identitas probandus meliputi : nama, jenis kelamin, umur dan berat badan.
2.
Sebelum digunakan
thermometer dibersihkan dengan alkohol 70%
dan dikeringkan.
3.
Probandus duduk dengan
tenang, sambil bernafas seperti biasa tetapi mulut dalam keadaan tertutup.
Thermometer diletakan dibawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup.
Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian thermometer diangkat dan
dikeringan dengan tissue dengan alkohol 70%.
Hasil pengukuran di catat.
4.
Probandus duduk dengan
tenang, sambil bernafas seperti biasa. Thermometer diletakkan di bawah lidah
dan mulut dalam keadaan terbuka. Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian
thermometer diangkat dan dikeringan dengan tissue dengan alkohol 70%. Hasil pengukuran di
catat.
5.
diletakkan di bawah
lidah dan mulut dalam keadaan tertutup tapi sebelumnya probandus berkumur
dengan air es selama 1 menit. Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian
thermometer diangkat dan dikeringan dengan tissue dengan alkohol 70%. Hasil pengukuran di
catat.
6.
Probandus duduk dengan
tenang, sambil bernafas seperti biasa. Thermometer diletakan dibagian ketiak
dengan tangan
menyilang didepan dada. Thermometer
dibiarkan selama 5 menit, kemudian thermometer diangkat dan dikerjakan dengan
tissue dengan alkohol 70%.
Hasil pengukuran di catat.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
No
|
Nama
|
Umur
|
JK
|
BB
|
Suhu
aksial
|
Suhu
oral
|
||
Mulut
terbuka
|
Mulut
tertutup
|
Kumur
air es
|
||||||
1
|
Indah
Purnamasari
|
18
|
P
|
60
|
36,8
|
37,1
|
37,1
|
36,5
|
2
|
Tarsisius
Gao Sakti
|
20
|
L
|
70
|
36,7
|
37,1
|
37,1
|
36,6
|
B.
Pembahasan
Pada percobaan
kali ini mengenai pengukuran suhu manusia. Dalam
pengukuran suhu badan, termometer diletakkan pada bagian aksial (ketiak) dan oral (mulut) karena pengukuran akan lebih
praktis dan estetis dari pada
pengukuran pada dubur walaupun pengukuran pada bagian ini lebih akurat. Percobaan ini melibatkan probandus
yang diwakili oleh Indah Purnamasari dan Tarsisius Gao Sakti. Pada
percobaan ini ada empat percobaan yang dilakukan diantaranya pengukuran suhu
manusia dengan meletakkan termometer ke mulut tepatnya di dalam mulut bagian
bawah lidah. Selanjutnya melakukan pecobaan seperti tadi tetapi sambil bernafas
(menghembuskan dan menghirup udara). Berkumur dengan air es terlebih dahulu lalu mengukur
suhunya dengan termometer dengan cara memasukkannya ke dalam mulut probandus.
Yang keempat yaitu dengan meletakkan termometer pada ketiak probandus lalu
melihat suhunya saat menit ke 5. Percobaan
kali ini dilakukan dengan menggunakan termometer klinis digital dimana cara
pembacaan skalanya hanya melihat angka digital pada layar thermometer terlebih dahulu lalu mengukur suhunya dengan termometer
dengan cara memasukkannya ke dalam mulut probandus.
Dalam praktikum kali ini terdapat 2
orang yang menjadi probandus, yaitu Indah
Purnamasari dan Tarsisius Gao Sakti. Indah Purnamasari adalah seorang
perempuan yang berumur 18 tahun, memiliki berat badan sebesar 60 kg. Ketika
dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya tertutup dengan menggunakan
thermometer selama 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 37,1. Kemudian,
dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya terbuka lagi namun diselingi
dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran
suhu sebesar 37,1, dilanjutkan pada aksial
suhu tubuh dari Indah Purnamasari adalah
sama yaitu 36,8. Setelah itu, suhu tubuh
Indah Purnamasari diukur lagi di bagian mulut namun
sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air es. Setelah berkumur
selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit
ternyata suhu tubuhnya adalah 36,5.
Probandus yang kedua adalah Tarsisius Gao Sakti. Tarsisius Gao Sakti adalah
seorang laki-laki yang berumur 20 tahun, memiliki berat badan sebesar 70 kg.
Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya tertutup dengan menggunakan
thermometer selama 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 37,1. Kemudian,
dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya terbuka lagi namun diselingi
dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran
suhu sebesar 37,1. Setelah
itu, suhu tubuh Tarsisius Gao Sakti
diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia
harus berkumur terlebih dahulu dengan air es.
Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya,
setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun sebesar 36,6. Dan pengukuran
suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak. Setelah itu, thermometer
diselipkan di ketiak Tarsisius Gao Sakti
dengan lengan dirapatkan ke badan. Setelah 5 menit, dibaca suhu di
thermometer. Suhu tubuh Tarsisius Gao Sakti
saat itu ternyata 36,7.
Dari hasil pengukuran suhu tubuh di
bagian ketiak, dapat kita simpulkan bahwa suhu tubuh probandus di bagian
ketiak/aksial
memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh di bagian
mulut/oral. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit badan kita
tidak sama di semua tempat, semakin
banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh
temperature sekitar. Mulut lebih banyak berhubungan dengan udara luar
dibandingkan dengan ketiak, sehingga suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh
lingkungan.
Volume sel dalam tubuh manusia
sangat berpengaruh dalam perubahan suhu tubuh karena berpengaruh terhadap
metabolisme. Volume
sel ini berkenaan dengan tinggi badan dan berat badan. Probandus yang berat dan
tinggi, maka akan memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan
probandus yang kurus dan pendek. Sehingga suhu tubuh probandus yang berat dan
tinggi lebih hangat dibandingkan yang kurus dan pendek.
Sedangkan probandus yang berjenis
kelamin pria memiliki suhu tubuh
yang lebih hangat dibandingkan yang perempuan, karena pengaruh hormon dan
aktivitas. Aktivitas
seorang laki-laki biasanya lebih padat dibandingkan dengan perempuan.
Probandus yang ada dalam praktikum kali
ini berada pada usia dewasa,
dan suhu tubuhnya cenderung akan lebih normal dibandingkan dengan yang masih
kanak-kanak dan juga lansia.
Homeostasis adalah suatu kondisi
keseimbangan internal yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan
berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan dari tubuh.
Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika homeostasis terganggu
(misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk
mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari
mulai pelepasan hormon-hormon sampai reaksi fisik seperti berkeringat atau
terengah-engah. Sebagai contoh sederhana dari homeostasis, tubuh manusia
menggunakan beberapa proses untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang yang
optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau penurunan suhu tubuh mencerminkan
ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan masalah terkait. Stres berat atau lama
dapat menyebabkan ketidakseimbangan parah kondisi keseimbangan ini. Hal ini dapat
menyebabkan tidak hanya tekanan psikologis tetapi juga gangguan psikosomatis.
Homeostasis adalah mekanisme yang
mengusahakan agar suatu komponen dalam tubuh tetap. Contohnya, ketika suhu
tubuh terlalu panas tubuh akan mendinginkannya dengan cara seperti mempersempit
pembuluh darah. Contoh yang berhubungan dengan penyakit contohnya demam. Demam
menggangu proses homeostasis suhu yang mengakibatkan kita selalu mengeluarkan
panas dari tubuh sehingga kita merasa dingin meskipun suhu tubuh kita panas.
Dalam keadaan homeostase yang
terjaga, suhu normal tubuh manusia adalah 36,5ºC. Dalam cuaca yang panas, agar supaya
suhu tubuh tetap terjaga pada kondisi homeostasis, terjadi reaksi homeostasis berupa
pembuangan panas tubuh melalui berkeringat dan pelebaran pembuluh darah
(vasodilatasi) pada kulit sehingga wajah dan kulit memerah, rasa haus agar
banyak minum sehingga terjadi pendinginan badan di samping mengganti kembali cairan
yang banyak keluar, nafsu makan berkurang agar tidak terjadi peningkatan
metabolisme yang menghasilkan panas, rasa lesu dan kantuk agar badan
beristirahat sehingga mengurangi metabolisme, dan sebagainya.
Suhu tubuh manusia cenderung
berfluktuasi setiap saat. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu
tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia
diatur dengan mekanisme umpan balik (feed
back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila
pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila
suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu,
yang disebut titik tetap (set point).Titik
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu
tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk
melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu
tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri
kompres, beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres
dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres
hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat
es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas.
Ambang batas tertinggi masih dapat
ditolerir sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Ketika suhu badan
mencapai ambang batas, sudah selayaknya hal tersebut mendapat perhatian sehingga
kemungkinan melampaui ambang batas dapat dihindarkan.
Bagian otak yang berpengaruh
terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus
posterior. Hipotalamus
posteriormerupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas dan
mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar lebih rendah pembentukan
panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme
kontraksi otot/menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi dengan
vasokonstriksi (memperkecil) pembuluh darah kulit dan perangsangan produksi
keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas.
Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan
cara vasodilatasi (melebarkan), evaporasi (berkeringat), radiasi
(dipancarkan), kontak (bersinggungan/kompres), aliran (dari daerah panas ke
dingin), dan konveksi. Pengaturan suhu tubuh terjadi secara terpadu di
hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari kulit dan suhu inti tubuh.
Bila termoreseptor di kulit
menerima rangsang dingin , maka oleh neuron yang sensitif terhadap dingin (cold-sensitive neuron) sinyal ini akan
diteruskan ke hipotalamus. Bila akumulasi suhu yang terjadi di hipotalamus
sudah melebihi batas minimal yang dapat ditoleransi, maka tubuh akan mengadakan
adaptasi perilaku seperti memakai selimut, baju hangat, atau sarung tangan.
Mekanisme tubuh lainnya untuk mengatasi batas minimal yang sudah tidak dapat
ditoleransi ini juga dapat terjadi melalui aktivasi saraf motorik yang
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot rangka seperti menggigil dengan akibat
produksi panas akan bertambah dan atau aktivasi sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah kulit. Vasokonstriksi
pembuluh darah kulit ini akan mengurangi darah dan panas tubuh yang mengalir ke
permukaan tubuh sehingga proses penguapan melalui kulit dan pengeluaran panas
melalui radiasi dan konduksi berkurang (konservasi panas). Hal ini akan
mempertahankan panas di dalam tubuh tetap terjaga sehingga tubuh kembali
hangat. Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang panas, maka oleh neuron
yang sensitif terhadap panas (warm-sensitive
neuron) akan diteruskan ke hipotalamus. Bila suhu yang terjadi di
hipotalamus sudah melebihi Batas maksimal yang dapat ditoleransi maka tubuh
akan melakukan adaptasi perilaku seperti membuka kancing baju, memakai kaus
tipis atau membuka baju. Mekanisme lainnya untuk mengatasi Batas maksimal yang
sudah tidak dapat ditoleransi ini adalah dengan mengaktivasi sistem saraf
simpatik yang selanjutnya akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit
sehingga banyak darah dan panas tubuh mengalir ke permukaan tubuh, dan hal ini
akan menyebabkan pengeluaran panas tubuh melalui penguapan, radiasi, dan
konduksi melalui kulit meningkat sehingga suhu tubuh kembali turun (aktivasi
sistem saraf simpatis ini juga dapat merangsang kelenjar keringat, sehingga
produksi keringat bertambah).
Saat kita minum air es, tubuh
bekerja cukup berat untuk menyesuaikan suhu air dingin dengan suhu tubuh
dibandingkan kita minum air hangat. Karena tubuh akan berusaha menyesuaikan
suhunya dengan suhu tubuh, metabolisme akan meningkat dan membantu pembakaran lemak. Perubahan suhu udara
banyak berpengaruh pada tubuh, karena tubuh kita secara otomatis akan berusaha
keras menyesuaikan dengan temperatur sekitar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan yaitu kecepatan metabolisme
basal yang tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan
kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam
jaringan untuk dimetabolisme. Hampir
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. Selama exercise atau
situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi.
Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang
pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal
sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.
Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah
meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga
peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100%
diatas normal
Hormone kelamin, pria dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan
peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi
dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3– 0,6°C di atas suhu basal.
Jenis kelamin mempengaruhi suhu
tubuh, kenaikan hormon
progesterone selama proses ovulasi pada wanita akan meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,3-0,5 °C. Begitu juga estrogen dan testoteron akan meningkatkan
metabolisme. Wanita biasanya lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding
pria.
Demam (peradangan), proses peradangan dan
demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap
peningkatan suhu 10°C.
Status gizi, malnutrisi yang cukup
lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena
di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan
demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak
mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
Aktivitas, aktivitas selain
merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen
otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C. Semakin
beratnyaaktivitas maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet
dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
Gangguan organ, kerusakan organ seperti
trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi
suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai
zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
Lingkungan, suhu tubuh dapat
mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas
melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan
juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan
menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.
Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan
suhu tubuh.Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar.
Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme
homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang
normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37ᵒC. suhu tubuh manusia
mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7ᵒC, suhu terendah pada malam hari dan suhu
tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas
yang hilang.
Hormon, (Thyroxine dan
Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon
lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan
metabolisme rate 5-15%.
Suhu
tubuh, meningkatnya suhu tubuh
dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti
akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
Usia, pada saat lahir mekanisme kontrol suhu
masih imatur. Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki
masa anak-anak. Regulasi suhu akan normal setelah anak mencapai pubertas .Lansia sensitif
terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama
kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas
kelenjar keringat, penurunan metabolisme.
Olahraga, aktivitas otot
memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat.
Irama sirkardian, suhu tubuh berubah
secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah
antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari.
Emosi, tingginya emosi akan
mempengaruhi tingginya suhu tubuh. Sebaliknya keadaan depresi akan menurunkan
suhu tubuh.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Suhu mengacu pada
derajat panas atau dinginnya suatu zat.
2.
Manusia adalah homeothermik yaitu
berdarah panas sehingga suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan
lingkungan.
3.
Suhu normal tubuh
manusia adalah 36-37ᵒC.
4.
Pengukuran suhu tubuh
manusia dapat dilakukan di rectal, aksial, dan oral karena memiliki suhu tubuh
paling dekat dengan suhu tubuh.
5.
Banyak faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh manusia, seperti usia, jenis kelamin, hormone, berat
badan, tinggi badan dan lain-lain.
B.
Saran
Untuk praktikan, sebaiknya
mempelajari mengenai pengukuran suhu ini dengan baik, karena hal ini sangat
penting bagi kesehatan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Campbell,
Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Isnaeni,
Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.
Bandung: PT. Rineka Cipta.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
Koplewich. S,
Harorl. 2005. Penyakit Anak Diagnosa dan
Penanganannya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Sherwood,
Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia.
Jakarta: ECG.
Sulistiyo.
2006. Bahan Ajar Fisika. Jakarta:
Gunung Ilmu.
Tortora,
J.T. 2000. Principles of Anatomy
and Physiology. Toronto: Jch wiley.
Waluyo, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember:
Universitas Jember.
LAMPIRAN FOTO
No
|
Foto
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Suhu oral (Mulut Terbuka) Indah
Purnamasari
|
2
|
![]() |
Suhu oral (Mulut Terbuka) Tarsisius Gao
Sakti
|
No
|
Foto
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Suhu oral (Mulut Tertutup) Indah
Purnamasari
|
2
|
![]() |
Suhu oral (Mulut Tetutup) Tarsisius Gao
Sakti
|
No
|
Foto
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Suhu oral (Kumur air es) Indah Purnamasari
|
2
|
![]() |
Suhu oral (Mulut tertutup setelah berkumur
air es) Indah Purnamasari
|
3
|
![]() |
Suhu oral (Kumur air es) Tarsisius Gao
Sakti
|
4
|
![]() |
Suhu oral (Mulut tertutup setelah berkumur
air es) Tarsisius Gao Sakti
|
No
|
Foto
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Suhu aksial Indah Purnamasari
|