Tuesday, November 27, 2018

Pernapasan dan Denyut Nadi


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Biomedik adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan azas-azas dan pengetahuan dasar ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika) untuk menjelaskan fenomena hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh hubungannya dengan penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah, mengobati, dan memulihkan kerusakan akibat penyakit.
Tak dapat dipungkiri setiap makhluk hidup pasti memerlukan suatu proses penting yang dapat dinamakan bernapas. Bernapas bahkan menjadi salah satu ciri utama makhluk hidup.
Pernapasan adalah proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di lingkungannya. Setiap manusia memiliki frekuensi pernapasan yang berbeda dengan manusia yang lain. Hal itu dikarenakan berbagai aktivitas yang berbeda yang dilakukan seseorang. Berbagai macam faktor pun timbul seiring dengan adanya perbedaan dalam frekuensi pernapasan.
Respirasi, atau bernapas, memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk mengambil oksigen, untuk mengeluarkan karbon dioksida, dan untuk meregulasi komposisi relatif dari darah. Tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme makanan. Selama proses metabolisme, oksigen digabungkan dengan atom karbon dalam makanan, memproduksi karbon dioksida (CO2). Sistem pernapasan membawa udara, termasuk oksigen, melalui inspirasi, menghilangkan karbon dioksida melalui ekspirasi.
Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi seseorang.
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.
Setiap orang bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu menggunakan stetoskop. Untuk mengukur denyut jantung di rumah bisa dengan cara memeriksa denyut nadi. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sisi leher. Untuk mendapatkan nilai denyut jantung maksimal dilakukan dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia. Misal usianya 40 tahun, maka jumlah maksimalnya adalah 180 bpm. Dengan melakukan tes sederhana tersebut, seseorang bisa mengetahui apakah denyut jantunngnya normal atau tidak. Hal ini juga berguna sebagai diagnosis awal ada atau tidaknya gangguan kardiovaskuler.



Percobaan ini kami lakukan untuk membuktikan kebenaran dari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan dan denyut nadi tersebut, apakah benar bahwa frekuensi seseorang dapat berubah bahkan berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan aktivitas atau keadaan yang ada pada dirinya.
B.            Tujuan
       Adapun tujuan dalam praktikum ini, yaitu:
1.        Mampu menghitung frekuensi kecepatan pernafasan dan membandingkan tingkat frekuensi pernafasan dengan kegiatan manusia.
2.        Mampu menghitung frekuensi denyut nadi dan membandingkan tingkat denyut nadi dengan kegiatan manusia.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.           Frekuensi Pernafasan
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernapasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh (Waluyo, 2010).
Pernapasan ialah mengambil oksigen dari udara dan mengantarkannya ke jaringan. Oksigen itu dipakai untuk oksidasi glukosa, sehingga keluar energi dalam ikatan fosfat (ATP). Ada makhluk yang tak membutuhkan oksigen dari udara sebagai oksidator, disebut bernapas secara anaerobis (tanpa udara). Sedangkan makhluk yang membutuhkan oksigen sebagai oksidator zat makanan untuk memnghasilkan energi disebut bernapas secara aerobis (dengan udara). Sesungguhnya kedua cara bernapas itu bisa terjadi dalam satu individu, seperti terdapat pada hewan tinggi (Mamalia). Jika oksigen kurang atau tidak ada, jaringan dapat bernapas secara anaerobis. Reaksi kimia yang terjadi pada saat makanan itu disebut reaksi Embden-Meyerhorf, dan ATP yang terjadi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang terjadi kalau bernapas secara aerobis (Yatim, 1987).
1.      Sistem pernapasan pada manusia
Organ-organ pernapasan yang dimilki oleh manusia meliputi semua struktur yang menghubungkan udara dari dan ke paru-paru. Organ tersebut antara lain:
a.    Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung dan ujung rongga hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah dan selalu lembab dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru.
b.    Faring
Faring merupakan ruang di belakang rongga hidung yang merupakan jalan masuknya udara dari rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat kleb (epiglotis) yang berfungsi mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan dan makanan.
c.    Laring
Laring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan yaitu jakun, epiglotis, tulang rawan penutup dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.
d.   Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk huruf “C” pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing kehulu saluran pernapasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara pernapasan.
e.    Bronkus
Merupakan batang cabang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju ke paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju ke kiri lebih mendatar daripada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit.




f.     Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis. Bronkiolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.
g.    Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding alveolus sangat tipis setebal selapis sel, lembab dan berdekatan dengan kapiler-kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah sedangkan pertukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas.
h.    Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunan dari bronkeolus, saccus alveoris dan alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada. Paru-paru kanan berlobus tiga dan bronkus kanan bercabang tiga. Paru-paru kiri berlobus dua dan bronkus kiri bercabang dua serta posisinya mendatar. Paru-paru dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas (Waluyo, 2010).
Paru berada dalam kantung jaringan pengikat yang tipis, pleura. Selaput yang menyelaputi paru langsung disebut visceral pleura (pleura dalam), sedangkan yang menyelaputi rongga dada sebelah ke tulang rusuk disebut parietal pleura (pleura luar). Rongga antara kedua selaput ini berupa sebuah kantung disebut rongga pleura, berisi cairan tubuh. Rongga dada dipisahkan dari rongga perut oleh diafragma. Dalam rongga dada terdapat jantung dan paru bersama tenggorokan, kerongkongan dan pembuluh darah. Diafragma itu selain mengandung penerusan selaput dalam rongga tubuh juga mengandung otot lurik. Di bagian tengah terdiri dari jaringan pengikat dan di pinggiran dan yang melekatkannya ke dinding tubuh berotot (Yatim, 1987).

2.      Mekanisme pernapasan manusia
Pernapasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a.    Pernapasan dada
Pada pernapasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu otot tulang rusuk luar yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot tulang antar rusuk luar berkontraksi maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertambah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil daripada tekanan luar rongga dada. Karena tekanan udara kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses inspirasi. Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semula dan menyebabkan tekanan udara di dalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ekspirasi.
b.    Pernapasan perut
Pada pernapasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal ini menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru-paru (inspirasi). Bila otot diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut akan mendesak ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah rongga dada. Sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Meningkatnya tekanan rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak ke luar dan terjadilah proses ekspirasi (Waluyo, 2010).

3.      Volume udara pernapasan
Secara garis besar volume udara pernapasan dapat dibedakan menjadi 6 yaitu:
a.       Volume tidal (tidal volume)
Volume udara pernapasan (inspirasi) biasa, yang besarnya 500 cc atau  500 ml.
b.       Volume cadangan inspirasi/udara komplementer
Volume udara yang masih dapat dimasukkan secara maksimal setelah bernafas (inspirasi) biasa, yang besarnya 1500 cc atau 1500 ml.
c.       Volume cadangan ekspirasi/udara suplementer
Volume udara yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi) biasa, yang besarnya 1500 cc atau 1500 ml.
d.       Volume sisa/residu
Volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi) maksimal, yang besarnya 1000 cc atau 1000 ml.
e.       Kapasitas vital (vital cavasity)
Volume udara yang dapat dikeluarkan semaksimal mungkin setelah melakukan inspirasi semaksimal mungkin juga, yang besarnya  3500 cc atau  3500 ml. Jadi, kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi.


f.        Volume total paru-paru (total lung volume)
Volume udara yang dapat ditampung paru-paru semaksimal mungkin, yang besarnya  4500 cc atau  4500 ml. (Waluyo, 2010).
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil.
 (Guyton, 2007)
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometer. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang di balikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang berputar.
(Guyton, 2007)
4.      Frekuensi pernapasan
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pengendali di otak, sedangkan aktifitas saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus dari karbondioksida (CO2). Pada umumnya manusia mampu bernapas 15 – 18 kali tiap menitnya. Cepat atau lambatnya bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.       Faktor umur
Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya.
b.       Jenis kelamin
Laki-laki umumnya bernapas lebih pelan daripada perempuan ini dikarenakan volume paru-paru laki-laki lebih besar daripada perempuan. Namun kadar O2 yang dibutuhkan oleh laki-laki lebih besar daripada perempuan, itu karena pada umumnya laki-laki lebih banyak bergerak daripada perempuan.
c.       Suhu tubuh
Hal ini berhubungan dengan proses metabolisme tubuh, semakin tinggi suhu tubuhnya semakin tinggi pula frekuensi pernapasannya.
d.       Posisi tubuh
Pada saat berdiri frekuensi pernapasan lebih besar, karena energi yang digunakan untuk menopang tubuh lebih banyak. Pada posisi duduk, frekuensi pernapasan lebih menurun, karena energi yang digunakan untuk menyangga tubuh merata oleh tubuh.
e.       Kegiatan tubuh
Orang yang banyak melakukan kegiatan frekuensi pernapasannya akan meningkat karena akan lebih banyak memerlukan energi. Dibandingkan dengan orang yang melakukan sedikit kegiatan, jelas frekuensi pernapasannya akan lebih rendah karena lebih sedikit memerlukan energi (Waluyo, 2010). Setelah bekerja berat seperti berlari atau olahraga, maka laju pernapasan akan lebih cepat. Pada saat menghembuskan nafas sejumlah CO2 dilepaskan (Waluyo, 1993).

B.            Frekuensi Denyut Nadi
Mendengarkan suara denyut jantung dalam tubuh disebut auskultasi dan biasanya dilakukan dengan memakai alat yang disebut stetoskop. Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah, selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung. Kedua atrium jantung dapat berkontraksi dan relaksasi secara bersamaan, kedua bilik juga dapat berkontraksi dan relaksasi secara bersamaan. Darah dari tubuh masuk ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian dipompakan ke paru-paru. Katup-katup menjaga agar darah tidak mengalir balik dari aorta ke ventrikel, atrium, dan vena. Katup-katup tersebut membuka dan menutup karena perbedaan tekanan darah dalam ruang-ruang jantung. Adanya cairan perikardial menghalangi gesekan membran perikardial satu dengan yang lainya pada setiap denyutan jantung.
(Soewolo, 2003)
Suara denyut jantung terutama datang dari bergolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katup jantung. Pada setiap siklus jantung hanya suara jantung pertama dan kedua yang cukup keras didengar melalui stestoskop. Suara pertama yang terdengar adalah suara ”lup” lebih keras dan sedikit lebih panjang daripada suara yang kedua. Suara ”lup” ini dihasilkan dari gerak balik darah yang menutup katup atrioventrikular segera setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih pendek dan tidak sekeras suara pertama yaitu suara ”dup”, suara ini adalah akibat gerak balik darah menutup katup semilunar pada diastol ventrikel, sedangkan waktu antara suara jantung kedua dengan suara jantung pertama berikutnya kira-kira dua kali lebih lama dari pada waktu antara suara jantung pertama dengan suara jantung kedua dalam satu siklus (Soewolo, 2003).
Diantara bunyi kedua dan bunyi pertama dari siklus selanjutnya terdapat satu periode istirahat yang lamanya dua kali daripada periode istirahat antara bunyi pertama dan bunyi kedua dalam satu siklus. Dengan demikian, siklus jantung dapat didengarkan sebagai lup, dup, istirahat; lub, dup, istirahat; lub, dup, istirahat; dan seterusnya.
(Tortora dan Nicholas, 1984)
 Denyut jantung secara lengkap terdiri atas kontraksi atrium, relaksasi atrium dan kontraksi ventrikel serta relaksasi ventrikel. Pada manusia satu denyutan jantung secara lengkap memerlukan waktu sekitar 0,8 detik sehingga jumlah denyutan per satu menit (laju denyut jantung) sekitar 75 kali. Secara teoritis, semakin banyak darah yang masuk ke jantung, semakin banyak pula darah yang akan dikeluarkan dari jantung. Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidal. Sama dengan pada katup mitral dan trikuspidal, pada katup semilunar juga terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari. Bila nafas ditarik pelan-pelan dan dalam, maka pengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda sebab pembuluh darah pulmonari tertekan oleh peningkatan tekanan intrapulmonari (Basoeki, dkk, 2000).
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung (Setjen, 2010). Denyutan dinyatakan sebagai ekspresi dan dorongan balik arteri secara berganti-ganti. Ada 2 faktor yang bertanggungjawab bagi kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan. Pertama, pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekanannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir teta dari jantung ke aorta, tekanan akan tetap sehingga tidak ada denyutan. Faktor yang kedua, elastisitas dari dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis maka tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan alirannya dan mengembalikan aliran sehingga denyutpun tidak dapat dirasakan (Soewolo, 2003).
Tempat meraba denyut nadi adalah pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis. Kecepatan denyut nadi seseorang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor tertentu, antara lain usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas seseorang. Jantung akan berdetak sebanyak 60 sampai dengan 90 kali setiap menit dalam keadaan normal (Muffichatum, 2006).





Usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh juga mempengaruhi laju jantung sehingga berpengaruh juga pada jumlah denyutan pada nadi. Bayi yang baru lahir mempunyai laju jantung >120 denyut/menit, kemudian akan turun di usia anak-anak dan akan semakin turun pada usia dewasa. Wanita umumnya sedikit lebih tinggi laju jantungnya daripada pria (Soewolo, 2003).
Menurut Ganong (1995), faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah sebagai berikut:
1.            Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Denyut jantung menetap dan iramanya teratur pada masa remaja. Efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler bagi orang dewasa. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
2.            Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
3.            Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.


4.            Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
5.            Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6.            Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk, sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7.            Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang, semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
8.            Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.




9.            Suhu Tubuh
Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi, sedangkan faktor yang mempengaruhi jumlah denyut nadi pada saat sesudah beraktifitas, yaitu pengaruh panas terhadap denyut nadi. Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi maka akibat dari pekerjaan ini frekuensi denyut nadi pun akan meningkat pula.
















                                
                                        BAB III
METODOLOGI
A.           Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal  :      Selasa, 09 Mei 2017
Waktu            :      09.00 – Selesai WITA
Tempat           :      Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat
B.            Alat dan Bahan
1.        Alat tulis
2.        Arloji atau stopwatch
3.        Probandus laki-laki
4.        Probandus perempuan

C.           Prosedur Kerja
1.      Ditulis identitas probandus meliputi nama, jenis kelamin, umur dan berat badan.
2.      Dihitung frekuensi pernafasan dan denyut nadi probandus sebelum beraktivitas selama 1 menit.
3.      Dihitung frekuensi pernafasan dan denyut nadi probandus setelah beraktivitas (turun naik tangga) selama 5 menit.
4.      Nilai yang sudah diperoleh dicatat pada tabel hasil pengamatan.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           Hasil
1.      Tabel Pengamatan
a.    Tabel identias probandus
No
Nama
Jenis kelamin
Umur
Berat badan
1
Maria Magdalena
Perempuan
18
50
2
Tarsisius Gao Sakti
Laki-laki
20
70

b.   Hasil frekuensi pernafasan dan denyut nadi Maria Magdalena
No
Aktivitas
Frekuensi pernafasan
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
1
Istirahat
19 kali/menit
88 kali/menit
Normal
2
Turun naik tangga
36 kali/menit
144 kali/menit
Normal

c.    Hasil frekuensi pernafasan dan denyut nadi Tarsisius Gao Sakti
No
Aktivitas
Frekuensi pernafasan
Frekuensi denyut nadi
Keterangan
1
Istirahat
20 kali/menit
98 kali/menit
Normal
2
Turun naik tangga
30 kali/menit
128 kali/menit
Normal

2.      Perhitungan
a.      Perhitungan denyut nadi
Nadi maksimal = 220 – umur
1)      Untuk umur 18 tahun = 220 – 18 = 202 kali/menit
2)      Untuk umur 20 tahun = 220 – 20 = 200 kali/menit
B.            Pembahasan
Percobaan ini membahas tentang frekuensi pernafasan dan denyut nadi. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung frekuensi kecepatan pernafasan dan membandingkan tingkat frekuensi pernafasan dengan kegiatan manusia dan menghitung frekuensi denyut nadi dan membandingkan tingkat denyut nadi dengan kegiatan manusia.
Denyut nadi dan frekuensi bernafas dihitung sebelum dan sesudah turun naik tangga. Denyut nadi dan frekuensi bernafas sebelum turun naik tangga dihitung pada saat keadaan probandus sedang beristirahat. Sementara itu denyut nadi dan frekuensi bernafas setelah turun naik tangga dihitung segera setelah probandus menyelesaikan 5 menit turun naik tangga dengan berlari kecil. Probandus Maria Magdalena yang diuji memiliki berat badan 50 kg dengan berusia 18 tahun sehingga dikategorikan pada usia dewasa. Probandus Tarsisius Gao Sakti yang diuji memiliki berat badan 70 kg dengan berusia 20 tahun sehingga dikategorikan pada usia dewasa.
Dari data yang diperoleh, bahwa probandus mengalami kenaikan frekuensi pernafasan dan denyut nadi setelah melakukan aktivitas. Besarnya kenaikan frekuensi tergantung pada jenis kegiatan. Seseorang yang melakukan kegiatan ringan akan mengalami kenaikan frekuensi yang lebih kecil dibandingkan melakukan kegiatan yang berat dan yang memerlukan banyak tenaga.
Pada saat melakukan aktivitas frekuensi pernafasan meningkat karena tubuh memerlukan banyak oksigen untuk melakukan pembakaran dalam tubuh untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk beraktifitas dan memperkeras kerja jantung dalam memompa darah.  Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh kegiatan otot pernafasan. Otot-otot ini berkontraksi dan relaksasi sebagai respon impuls saraf yang ditransmisi kepadanya dari pusat otak. Selain itu mekanisme yang paling umum untuk mengontrol hal ini ialah inhibisi umpan balik. Produk akhir jalur anabolik menginhibisi (menghambat) enzim yang menngkatalisis langkah awal jalur. Hal ini akan mecegah pengalihan intermediet metabolik utama yang sedang digunakan untuk aktivitas yang lebih penting ke sesuatu yang kurang perlu. Sel juga mengontrol katabolismenya. Jika sel tersebut sedang bekerja keras dan konsentrasi ATP-nya mulai menurun, respirasi akan semakin cepat. Ketika terdapat banyak ATP untuk memenuhi permintaan, respirasi melambat, mencadangkan dan molekul organik yang bernilai itu untuk fungsi lain. 
Pengukuran pertama yaitu pengukuran pernafasan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa setiap probandus mengalami kenaikan frekuensi pernapasan setelah melakukan aktivitas. Frekuensi pernafasan akan semakin meningkat ketika aktivitas yang dilakukan semakin berat. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi setiap probandus yang semakin meningkat ketika melakukan aktivitas yang semakin berat, seperti probandus Maria Magdalena dengan frekuensi saat istirahat adalah 19 kali/menit, menurut Armi (2010) frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah 12-20 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat dikategorikan normal, kemudian berubah menjadi 36 kali/menit saat selesai naik turun tangga, menurut Armi (2010) frekuensi pernafasan pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal, tidak menderita penyakit yang mengganggu pernafasan. Kemudian pada probandus Tarsisius Gao Sakti dengan frekuensi saat istirahat adalah 20 kali/menit, menurut Armi (2010) frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah 12-20 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat dikategorikan normal, kemudian berubah menjadi 30 kali/menit saat selesai naik turun tangga, menurut Armi (2010) frekuensi pernafasan pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal, tidak menderita penyakit yang mengganggu pernafasan.
Hal ini dikarenakan saat melakukan aktivitas berat maka tubuh akan mebutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai/duduk). Tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.
Kemudian pada data dapat dilihat juga frekuensi pernapasan setiap probandus berbeda antara satu dengan yang lain hal ini disebabkan karena kondisi fisiologis individu yang berbeda. Hal ini termasuk perbedaan usia, jenis kelamin, berat badan dan posisi tubuh.
Seperti pada probandus Tarsisius Gao Sakti yang frekuensi pada aktivitas yang dilakukan lebih rendah  dari probandus Maria Magdalena. Berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa frekuensi pernapasan laki-laki lebih kecil daripada frekuensi perapasan wanita. Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih kecil dari laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak.
Kemudian usia juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi pernapasan setiap probandus. Probandus Maria Magdalena yang berusia 18 tahun dan probandus Tarsisius Gao Sakti yang berusia 20 tahun. Hal ini dapat dilihat frekuensi probandus dari posisi tubuh saat duduk dan pada saat naik turun tangga yang berbeda. Semakin bertambah usia probandus, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya.
Kemudian posisi tubuh juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi pernapasan setiap probandus. Hal ini dapat dilihat frekuensi probandus dari posisi tubuh saat duduk dan pada saat naik turun tangga yang berbeda.
Banyaknya tenaga juga dipengaruhi oleh beratnya badan, semakin berat badan yang disangga maka semakin besar energi yang diperlukan dan  semakin besar juga oksigen yang dibutuhkan tubuh. Sehingga frekuensi pernapasannya juga akan meningkat.
Sedangkan pada posisi duduk beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah.
Macam-macam jenis penyakit pada sistem pernapasan manusia yaitu
faringitis yang merupakan radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering.
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi/keadaan dimana jantung sebagai organ vital yang menunjang kehidupan manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Beberapa contoh kondisi dimana jantung tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik antara lain, otot jantung yang lemah (kelainan bawaan sejak lahir) dan atau adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri pada jantung.
Asma merupakan penyakit radang paru-paru yang menimbulkan serangan sesak napas dan yang berulang.
Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan pada paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-paru).
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.
Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga hidung atau sinus paranasalis.
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Pneumonia atau juga di sebut dengan Radang paru-paru merupakan suatu penyakit pada paru-paru dimana pulmonary aveolus yang bertangggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan.
Dipteri adalah infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Pada umumnya, disebabkan oleh Corynebacterium diphterial.
Upper Respiratory tract Infection (URI) merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia bagian atas, yaitu hidung, laring (tekak), dan tenggorokan.
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sebuah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus Coronavirus dari ordo Coronaviridae.
Denyut nadi dapat diketahui dengan cara meraba pergelangan tangan bagian depan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muffichatum (2006), yaitu tempat meraba denyut nadi adalah pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis.
Semakin berat aktivitas yang dilakukan, maka semakin tinggi frekuensi denyut nadi. Pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar untuk membawa lebih banyak panas keluar tubuh jika suhu tubuh meningkat, sehingga ini mengakibatkan tekanan darah menurun. Jika tekanan darah menurun, reseptor di arteri karotis akan mendeteksinya dan mengirimkan sinyal ke otak. Otak kemudian akan mengirimkan pesan ke jantung untuk mempercepat denyutnya sehingga aliran darah yang dipompa lebih besar dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Pengukuran kedua yaitu pengukuran denyut nadi. Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa setiap probandus mengalami kenaikan frekuensi denyut nadi setelah melakukan aktivitas. Frekuensi denyut nadi akan semakin meningkat ketika aktivitas yang dilakukan semakin berat. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi setiap probandus yang semakin meningkat ketika melakukan aktivitas yang semakin berat, seperti probandus Maria Magdalena dengan frekuensi saat istirahat adalah 88 kali/menit, kemudian berubah menjadi 144 kali/menit saat selesai naik turun tangga. Menurut Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus (220 – umur), Berdasarkan perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 202 kali, dan denyut nadi setelah turun naik tangga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara denyut nadi probandus ialah 144 kali/menit yang terdapat pada range yang seharusnya. Kemudian pada probandus Tarsisius Gao Sakti dengan frekuesi saat istirahat adalah 98 kali/menit, kemudian berubah menjadi 128 kali/menit saat selesai naik turun tangga. Menurut Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus (220 – umur), Berdasarkan perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 200 kali, dan denyut nadi setelah turun naik tangga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara denyut nadi probandus ialah 128 kali/menit yang tidak terdapat pada range yang seharusnya. Namun pada sumber lain, Anonim (2010), denyut nadi setelah melakukan olahraga stamina, yaitu olahraga yang mengaktifkan otot sebanyak mungkin seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik sepeda, adalah 120 – 150 kali/menit. Mengikuti sumber tersebut, frekuensi denyut nadi probandus sesuai dengan literatur.
Menurut Hakim (2010), denyut nadi normal pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ialah 60-100 kali/menit. Probandus Maria Magdalena dan Tarsisius Gao Sakti dapat dinyatakan normal karena denyut nadi probandus berada pada batas normal.
Ketika kita melakukan aktivitas berat, seperti berolahraga atau kerja otot yang berat, aliran darah koroner meningkat antara empat sampai lima kali diatas keadaan istirahat. Sehingga aliran darah yang dipompa oleh jantung lebih cepat dan banyaknya energi keluar dari tubuh.
Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Penyebab terjadinya denyut nadi ini adalah pemberian darah secara berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekannya berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah dan elastisitas dari dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis maka tetap ada pergantian tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastole ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat melanjutkan alirannya dan mengembalikan aliran sehingga denyutpun tidak dapat dirasakan.
Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi yaitu usia, berat badan dan jenis kelamin.
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut/menit, pada wanita 138 denyut/menit. Kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut/menit dan pada wanita 164 denyut/menit.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia. Ukuran yang lebih berat juga menyebabkan denyut nadi akan lebih cepat. Ini sesuai dengan literatur, ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
Berdasarkan hasil keseluruhan yang didapat yang kemudian dibandingkan dengan literatur dari berbagai sumber yang tersedia, probandus yang diuji memiliki kondisi fisiologis yang normal baik sebelum maupun sesudah berolahraga. Hal ini dapat disimpulkan dari data denyut nadi dan frekuensi pernafasan probandus yang terdapat pada range normal.
Terdapat beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan bias pada hasil praktikum yang dilakukan probandus dan pengamat. Sebelum perhitungan denyut nadi istirahat, probandus telah melakukan beberapa aktivitas, seperti jalan kaki. Keadaan sekitar yang bising dan adanya gangguan dari praktikan lain juga menyebabkan probandus tidak dapat istirahat dengan benar. Hal-hal tersebut dapat membuat bias pada hasil yang didapat tentang denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang dihitung benar-benar fase istirahat atau tidak. Sehingga memungkinkan hasil yang didapat lebih tinggi dari yang sebenarnya.
BAB V
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Frekuensi pernapasan dan denyut nadi setiap probandus berbeda-beda meski melakukan aktivitas yang sama.
2.      Aktivitas yang dilakukan probandus dapat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan dan denyut nadinya. Semakin berat aktivitas yang dilakukan maka akan semakin besar frekuensi pernapasan dan denyut nadinya.
3.      Usia juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi pernapasan setiap probandus. Semakin bertambah usia probandus, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya. Usia juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi denyut nadi setiap probandus. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
4.      Jenis kelamin berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan probandus. Jenis kelamin laki-laki lebih rendah frekuensi pernapasannya daripada frekuensi pernapasan wanita. Jenis kelamin berpengaruh frekuensi denyut nadi probandus. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada laki-laki.
5.      Berat badan berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan probandus. Semakin berat badan yang disangga maka semakin besar energi yang diperlukan dan  semakin besar juga oksigen yang dibutuhkan tubuh. Sehingga frekuensi pernapasannya juga akan meningkat. Berat badan berpengaruh terhadap frekuensi denyut nadi probandus. Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh probandus. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
B.            Saran
1.      Perlu dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa membandingkan frekuensi pernapasaan dan denyut nadi setiap probandus.
2.      Pengukuran saat istirahat akan lebih baik dan akurat jika kondisi pengukuran benar-benar tenang dan tidak terdapat gangguan.
3.      Diharapkan para praktikan setelah melakukan praktikum dapat memahami tujuan dari praktikum.




















DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, S. dkk,. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: IMSTEP JICA.
Ganong, F.G. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : Kedoteran EGC.
Guyton, Arthur C dan John . E. Hall . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.
Muffichatun. 2006. Hubungan antara Tekanan Panas, Denyut Nadi, dan Produktivitas Kerja pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Dororejo Batang. http://digilib.unnes.ac.id. Diakses pada tanggal 13 November 2012.
Setjen. 2010. Biologi. Jakarta : SETJEN KEMENDIKBUD.
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tortora, G. dan Nicholas P.A. 1984. Principles of Anatomy and Physiology. New York: D Van Nostran Company.
Waluyo, Joko . 1993. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember : Unej.
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember : Unej.
Yatim, Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito.
    





No comments:

Post a Comment