BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Biomedik
adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan azas-azas dan pengetahuan dasar
ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika) untuk menjelaskan fenomena
hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh hubungannya dengan
penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah,
mengobati, dan memulihkan kerusakan akibat penyakit.
Tak
dapat dipungkiri setiap makhluk hidup pasti memerlukan suatu proses penting
yang dapat dinamakan bernapas. Bernapas bahkan menjadi salah satu ciri utama
makhluk hidup.
Pernapasan
adalah proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang
ada di lingkungannya. Setiap manusia memiliki frekuensi pernapasan yang berbeda
dengan manusia yang lain. Hal itu dikarenakan berbagai aktivitas yang berbeda
yang dilakukan seseorang. Berbagai macam faktor pun timbul seiring dengan
adanya perbedaan dalam frekuensi pernapasan.
Respirasi, atau bernapas, memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk mengambil
oksigen, untuk mengeluarkan karbon dioksida, dan untuk meregulasi komposisi
relatif dari darah. Tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme makanan. Selama
proses metabolisme, oksigen digabungkan dengan atom karbon dalam makanan,
memproduksi karbon dioksida (CO2). Sistem pernapasan membawa udara, termasuk
oksigen, melalui inspirasi, menghilangkan karbon dioksida melalui ekspirasi.
Jantung
adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak.
Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut
jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung
per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per
minute).
Denyut
jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan
waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah
berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang
diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh
usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah
denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas
sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi tubuh
(berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang
dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi seseorang.
Detak
jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang
medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui
kebugaran seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang
istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per
menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang
istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih
baik kebugaran kardiovaskularnya.
Setiap orang
bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu menggunakan stetoskop.
Untuk mengukur denyut jantung di rumah bisa dengan cara memeriksa denyut nadi.
Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari
pada sisi leher. Untuk mendapatkan nilai denyut jantung maksimal dilakukan
dengan cara mengurangi angka 220 dengan usia. Misal usianya 40 tahun, maka
jumlah maksimalnya adalah 180 bpm. Dengan melakukan tes sederhana tersebut,
seseorang bisa mengetahui apakah denyut jantunngnya normal atau tidak. Hal ini
juga berguna sebagai diagnosis awal ada atau tidaknya gangguan kardiovaskuler.
Percobaan
ini kami lakukan untuk membuktikan kebenaran dari faktor-faktor yang
mempengaruhi frekuensi pernapasan dan denyut nadi tersebut, apakah benar bahwa
frekuensi seseorang dapat berubah bahkan berbeda antara satu dengan yang
lainnya sesuai dengan aktivitas atau keadaan yang ada pada dirinya.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dalam praktikum ini, yaitu:
1.
Mampu menghitung frekuensi kecepatan pernafasan dan
membandingkan tingkat frekuensi pernafasan dengan kegiatan manusia.
2.
Mampu menghitung frekuensi denyut nadi dan
membandingkan tingkat denyut nadi dengan kegiatan manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Frekuensi
Pernafasan
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari
udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang
akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan karena
tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makhluk hidup melakukan pernapasan untuk
memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk pembakaran zat makanan di
dalam sel-sel tubuh (Waluyo, 2010).
Pernapasan ialah mengambil oksigen dari udara dan mengantarkannya ke
jaringan. Oksigen itu dipakai untuk oksidasi glukosa, sehingga keluar energi
dalam ikatan fosfat (ATP). Ada makhluk yang tak membutuhkan oksigen dari udara
sebagai oksidator, disebut bernapas secara anaerobis (tanpa udara). Sedangkan makhluk yang membutuhkan
oksigen sebagai oksidator zat makanan untuk memnghasilkan energi disebut
bernapas secara aerobis (dengan
udara). Sesungguhnya kedua cara bernapas itu bisa terjadi dalam satu individu,
seperti terdapat pada hewan tinggi (Mamalia). Jika oksigen kurang atau tidak
ada, jaringan dapat bernapas secara anaerobis. Reaksi kimia yang terjadi pada
saat makanan itu disebut reaksi Embden-Meyerhorf, dan ATP yang terjadi jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan yang terjadi kalau bernapas secara aerobis
(Yatim, 1987).
1.
Sistem pernapasan pada manusia
Organ-organ pernapasan yang dimilki
oleh manusia meliputi semua struktur yang menghubungkan udara dari dan ke
paru-paru. Organ tersebut antara lain:
a.
Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung dan ujung rongga hidung.
Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah dan selalu lembab dengan adanya
lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidung udara disaring dari
benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru.
b.
Faring
Faring
merupakan ruang di belakang rongga hidung yang merupakan jalan masuknya udara
dari rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat kleb (epiglotis) yang
berfungsi mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan dan makanan.
c.
Laring
Laring/pangkal
batang tenggorokan/kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan yaitu jakun,
epiglotis, tulang rawan penutup dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang
letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.
d.
Trakea
Trakea atau
batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang
rawan yang berbentuk huruf “C” pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea
tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang
berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing kehulu saluran
pernapasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara pernapasan.
e.
Bronkus
Merupakan
batang cabang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke
paru-paru kiri dan yang satunya menuju ke paru-paru kanan. Dinding bronkus
terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan
cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju ke kiri lebih mendatar
daripada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan
lebih mudah terserang penyakit.
f.
Bronkiolus
Bronkiolus
merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis. Bronkiolus
bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.
g.
Alveolus
Saluran
akhir dari saluran pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding
alveolus sangat tipis setebal selapis sel, lembab dan berdekatan dengan
kapiler-kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus
inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel
darah sedangkan pertukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas.
h.
Paru-paru
Paru-paru
terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada
bagian bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-paru merupakan
himpunan dari bronkeolus, saccus alveoris dan alveolus. Diantara selaput dan
paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada
saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan
karena adanya perubahan tekanan rongga dada. Paru-paru kanan berlobus tiga dan
bronkus kanan bercabang tiga. Paru-paru kiri berlobus dua dan bronkus kiri
bercabang dua serta posisinya mendatar. Paru-paru dibungkus oleh lapisan pleura
yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas (Waluyo, 2010).
Paru berada
dalam kantung jaringan pengikat yang tipis, pleura. Selaput yang menyelaputi
paru langsung disebut visceral pleura (pleura dalam), sedangkan yang
menyelaputi rongga dada sebelah ke tulang rusuk disebut parietal pleura (pleura
luar). Rongga antara kedua selaput ini berupa sebuah kantung disebut rongga
pleura, berisi cairan tubuh. Rongga dada dipisahkan dari rongga perut oleh
diafragma. Dalam rongga dada terdapat jantung dan paru bersama tenggorokan, kerongkongan
dan pembuluh darah. Diafragma itu selain mengandung penerusan selaput dalam
rongga tubuh juga mengandung otot lurik. Di bagian tengah terdiri dari jaringan
pengikat dan di pinggiran dan yang melekatkannya ke dinding tubuh berotot
(Yatim, 1987).
2.
Mekanisme pernapasan manusia
Pernapasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a.
Pernapasan dada
Pada
pernapasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot
tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu otot tulang rusuk luar yang
berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila
otot tulang antar rusuk luar berkontraksi maka tulang rusuk akan terangkat
sehingga volume dada bertambah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan
tekanan dalam rongga dada lebih kecil daripada tekanan luar rongga dada. Karena
tekanan udara kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari
luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses inspirasi.
Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam,
tulang rusuk kembali ke posisi semula dan menyebabkan tekanan udara di dalam
tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ekspirasi.
b.
Pernapasan perut
Pada
pernapasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding
rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar.
Hal ini menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan
udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya
paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru-paru (inspirasi). Bila otot
diafragma bereaksi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga perut akan
mendesak ke diafragma sehingga diafragma cekung ke arah rongga dada. Sehingga
volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Meningkatnya tekanan
rongga dada menyebabkan isi rongga paru-paru terdesak ke luar dan terjadilah
proses ekspirasi (Waluyo, 2010).
3.
Volume udara pernapasan
Secara garis besar volume udara
pernapasan dapat dibedakan menjadi 6 yaitu:
a. Volume
tidal (tidal volume)
Volume udara
pernapasan (inspirasi) biasa, yang besarnya 500 cc atau 500 ml.
b. Volume
cadangan inspirasi/udara komplementer
Volume udara
yang masih dapat dimasukkan secara maksimal setelah bernafas (inspirasi) biasa,
yang besarnya 1500 cc atau 1500 ml.
c. Volume
cadangan ekspirasi/udara suplementer
Volume udara
yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi)
biasa, yang besarnya 1500 cc atau 1500 ml.
d. Volume
sisa/residu
Volume udara
yang masih tersisa dalam paru-paru setelah mengeluarkan nafas (ekspirasi)
maksimal, yang besarnya 1000 cc atau 1000 ml.
e. Kapasitas
vital (vital cavasity)
Volume udara
yang dapat dikeluarkan semaksimal mungkin setelah melakukan inspirasi
semaksimal mungkin juga, yang besarnya 3500 cc atau 3500 ml. Jadi,
kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi.
f. Volume
total paru-paru (total lung volume)
Volume udara
yang dapat ditampung paru-paru semaksimal mungkin, yang besarnya 4500 cc
atau 4500 ml. (Waluyo, 2010).
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita
kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria dan lebih
besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besar daripada orang yang
bertubuh kecil.
(Guyton, 2007)
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat
volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometer.
Spirometer ini terdiri dari sebuah drum yang di balikkan di atas bak air dan
drum tersebut diimbangi oleh suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk
bernapas, biasanya udara atau oksigen dan sebuah pipa yang menghubungkan mulut
dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke dalam ruang ini, drum
akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan kertas yang
berputar.
(Guyton, 2007)
4.
Frekuensi pernapasan
Gerakan
pernapasan diatur oleh pusat pengendali di otak, sedangkan aktifitas saraf
pernapasan dirangsang oleh stimulus dari karbondioksida (CO2). Pada
umumnya manusia mampu bernapas 15 – 18 kali tiap menitnya. Cepat atau lambatnya
bernapas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor umur
Semakin
bertambah usia seseorang, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya.
b. Jenis kelamin
Laki-laki
umumnya bernapas lebih pelan daripada perempuan ini dikarenakan volume
paru-paru laki-laki lebih besar daripada perempuan. Namun kadar O2 yang
dibutuhkan oleh laki-laki lebih besar daripada perempuan, itu karena pada
umumnya laki-laki lebih banyak bergerak daripada perempuan.
c. Suhu tubuh
Hal ini
berhubungan dengan proses metabolisme tubuh, semakin tinggi suhu tubuhnya
semakin tinggi pula frekuensi pernapasannya.
d. Posisi tubuh
Pada saat
berdiri frekuensi pernapasan lebih besar, karena energi yang digunakan untuk
menopang tubuh lebih banyak. Pada posisi duduk, frekuensi pernapasan lebih
menurun, karena energi yang digunakan untuk menyangga tubuh merata oleh tubuh.
e. Kegiatan tubuh
Orang yang
banyak melakukan kegiatan frekuensi pernapasannya akan meningkat karena akan
lebih banyak memerlukan energi. Dibandingkan dengan orang yang melakukan
sedikit kegiatan, jelas frekuensi pernapasannya akan lebih rendah karena lebih
sedikit memerlukan energi (Waluyo, 2010). Setelah bekerja berat seperti berlari
atau olahraga, maka laju pernapasan akan lebih cepat. Pada saat menghembuskan
nafas sejumlah CO2 dilepaskan (Waluyo, 1993).
B.
Frekuensi
Denyut Nadi
Mendengarkan suara denyut jantung dalam tubuh
disebut auskultasi dan biasanya dilakukan dengan memakai alat yang disebut
stetoskop. Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi
darah, selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang
jantung. Kedua atrium jantung dapat berkontraksi dan relaksasi secara
bersamaan, kedua bilik juga dapat berkontraksi dan relaksasi secara bersamaan.
Darah dari tubuh masuk ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian
dipompakan ke paru-paru. Katup-katup menjaga agar darah tidak mengalir balik
dari aorta ke ventrikel, atrium, dan vena. Katup-katup tersebut membuka dan
menutup karena perbedaan tekanan darah dalam ruang-ruang jantung. Adanya cairan
perikardial menghalangi gesekan membran perikardial satu dengan yang lainya
pada setiap denyutan jantung.
(Soewolo, 2003)
Suara denyut jantung terutama datang dari
bergolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katup jantung. Pada setiap
siklus jantung hanya suara jantung pertama dan kedua yang cukup keras didengar
melalui stestoskop. Suara pertama yang terdengar adalah suara ”lup” lebih keras
dan sedikit lebih panjang daripada suara yang kedua. Suara ”lup” ini dihasilkan
dari gerak balik darah yang menutup katup atrioventrikular segera setelah
sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih pendek dan tidak sekeras suara
pertama yaitu suara ”dup”, suara ini adalah akibat gerak balik darah menutup
katup semilunar pada diastol ventrikel, sedangkan waktu antara suara jantung
kedua dengan suara jantung pertama berikutnya kira-kira dua kali lebih lama
dari pada waktu antara suara jantung pertama dengan suara jantung kedua dalam
satu siklus (Soewolo, 2003).
Diantara bunyi kedua dan bunyi pertama dari siklus
selanjutnya terdapat satu periode istirahat yang lamanya dua kali daripada
periode istirahat antara bunyi pertama dan bunyi kedua dalam satu siklus.
Dengan demikian, siklus jantung dapat didengarkan sebagai lup, dup, istirahat;
lub, dup, istirahat; lub, dup, istirahat; dan seterusnya.
(Tortora dan Nicholas, 1984)
Denyut
jantung secara lengkap terdiri atas kontraksi atrium, relaksasi atrium dan
kontraksi ventrikel serta relaksasi ventrikel. Pada manusia satu denyutan
jantung secara lengkap memerlukan waktu sekitar 0,8 detik sehingga jumlah
denyutan per satu menit (laju denyut jantung) sekitar 75 kali. Secara teoritis,
semakin banyak darah yang masuk ke jantung, semakin banyak pula darah yang akan
dikeluarkan dari jantung. Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih
cepat sebelum katup trikuspidal. Sama dengan pada katup mitral dan trikuspidal,
pada katup semilunar juga terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup
semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada
katup semilunar pulmonari. Bila nafas ditarik pelan-pelan dan dalam, maka
pengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda sebab pembuluh darah pulmonari
tertekan oleh peningkatan tekanan intrapulmonari (Basoeki, dkk, 2000).
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak
jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat
tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak
jantung (Setjen, 2010). Denyutan dinyatakan sebagai ekspresi dan dorongan balik
arteri secara berganti-ganti. Ada 2 faktor yang bertanggungjawab bagi
kelangsungan denyutan yang dapat dirasakan. Pertama, pemberian darah secara
berkala dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekanannya
berganti-ganti naik turun dalam pembuluh darah. Bila darah mengalir teta dari
jantung ke aorta, tekanan akan tetap sehingga tidak ada denyutan. Faktor yang
kedua, elastisitas dari dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran
darah dan aliran balik. Bila dinding tidak elastis maka tetap ada pergantian
tekanan tinggi rendah dalam sistol dan diastol ventrikel, namun dinding
tersebut tidak dapat melanjutkan alirannya dan mengembalikan aliran sehingga
denyutpun tidak dapat dirasakan (Soewolo, 2003).
Tempat meraba denyut nadi adalah pergelangan tangan
bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis),
dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri
carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis)
dan di pelipis. Kecepatan denyut nadi seseorang berbeda-beda karena dipengaruhi
oleh faktor tertentu, antara lain usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan,
dan aktivitas seseorang. Jantung akan berdetak sebanyak 60 sampai dengan 90
kali setiap menit dalam keadaan normal (Muffichatum, 2006).
Usia, jenis kelamin, kebugaran fisik dan suhu tubuh
juga mempengaruhi laju jantung sehingga berpengaruh juga pada jumlah denyutan
pada nadi. Bayi yang baru lahir mempunyai laju jantung >120 denyut/menit,
kemudian akan turun di usia anak-anak dan akan semakin turun pada usia dewasa.
Wanita umumnya sedikit lebih tinggi laju jantungnya daripada pria (Soewolo,
2003).
Menurut Ganong (1995), faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah sebagai
berikut:
1.
Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Denyut jantung menetap dan iramanya teratur
pada masa remaja. Efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler bagi orang dewasa. Pada usia yang
lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan
usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut
nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
2.
Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum,
sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Laki-laki muda dengan
kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada
wanita 138 denyut per menit. Kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai
154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
3.
Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan
irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
4.
Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi,
atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Penderita anemia (kurang darah)
akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan
denyut nadi.
5.
Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh
terhadap denyut nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai
dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga
tidak melampaui batas maksimal. Melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang
lama akan mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan
melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6.
Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan
darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar
dibandingkan dengan posisi kerja duduk, sehingga pada posisi berdiri denyut
nadi lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
7.
Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk
ukuran tubuh seseorang, semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih
cepat.
8.
Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung.
Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang.
Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi
seseorang.
9.
Suhu Tubuh
Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila suhu
tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi
terhadap suhu udara yang tinggi, sedangkan faktor yang mempengaruhi jumlah
denyut nadi pada saat sesudah beraktifitas, yaitu pengaruh panas terhadap
denyut nadi. Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi
darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka
darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot
yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam
tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi
jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi maka akibat dari pekerjaan ini frekuensi denyut nadi pun akan
meningkat pula.
BAB III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal : Selasa, 09 Mei 2017
Waktu : 09.00
– Selesai WITA
Tempat : Laboratorium
Fakultas Kesehatan Masyarakat
B.
Alat dan
Bahan
1.
Alat tulis
2.
Arloji atau stopwatch
3.
Probandus laki-laki
4.
Probandus perempuan
C.
Prosedur
Kerja
1. Ditulis
identitas probandus meliputi nama, jenis kelamin, umur dan berat badan.
2. Dihitung
frekuensi pernafasan dan denyut nadi probandus sebelum beraktivitas selama 1
menit.
3. Dihitung
frekuensi pernafasan dan denyut nadi probandus setelah beraktivitas (turun naik
tangga) selama 5 menit.
4. Nilai
yang sudah diperoleh dicatat pada tabel hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Tabel
Pengamatan
a.
Tabel
identias probandus
No
|
Nama
|
Jenis kelamin
|
Umur
|
Berat badan
|
1
|
Maria
Magdalena
|
Perempuan
|
18
|
50
|
2
|
Tarsisius
Gao Sakti
|
Laki-laki
|
20
|
70
|
b.
Hasil
frekuensi pernafasan dan denyut nadi Maria Magdalena
No
|
Aktivitas
|
Frekuensi
pernafasan
|
Frekuensi
denyut nadi
|
Keterangan
|
1
|
Istirahat
|
19 kali/menit
|
88 kali/menit
|
Normal
|
2
|
Turun naik tangga
|
36 kali/menit
|
144 kali/menit
|
Normal
|
c.
Hasil
frekuensi pernafasan dan denyut nadi Tarsisius Gao Sakti
No
|
Aktivitas
|
Frekuensi
pernafasan
|
Frekuensi
denyut nadi
|
Keterangan
|
1
|
Istirahat
|
20 kali/menit
|
98 kali/menit
|
Normal
|
2
|
Turun naik tangga
|
30 kali/menit
|
128 kali/menit
|
Normal
|
2.
Perhitungan
a.
Perhitungan
denyut nadi
Nadi maksimal = 220 –
umur
1) Untuk
umur 18 tahun = 220 – 18 = 202 kali/menit
2) Untuk
umur 20 tahun = 220 – 20 = 200 kali/menit
B.
Pembahasan
Percobaan
ini membahas tentang frekuensi pernafasan dan denyut nadi. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menghitung frekuensi kecepatan pernafasan dan
membandingkan tingkat frekuensi pernafasan dengan kegiatan manusia dan
menghitung frekuensi denyut nadi dan membandingkan tingkat denyut nadi dengan
kegiatan manusia.
Denyut
nadi dan frekuensi bernafas dihitung sebelum dan sesudah turun naik tangga.
Denyut nadi dan frekuensi bernafas sebelum turun naik tangga dihitung pada saat
keadaan probandus sedang beristirahat. Sementara itu denyut nadi dan frekuensi
bernafas setelah turun naik tangga dihitung segera setelah probandus
menyelesaikan 5 menit turun naik tangga dengan berlari kecil. Probandus Maria
Magdalena yang diuji memiliki berat badan 50 kg dengan berusia 18 tahun
sehingga dikategorikan pada usia dewasa. Probandus Tarsisius Gao Sakti yang
diuji memiliki berat badan 70 kg dengan berusia 20 tahun sehingga dikategorikan
pada usia dewasa.
Dari data yang diperoleh, bahwa probandus mengalami kenaikan frekuensi
pernafasan dan denyut nadi setelah melakukan aktivitas. Besarnya kenaikan frekuensi tergantung pada jenis
kegiatan. Seseorang yang melakukan kegiatan ringan akan mengalami kenaikan
frekuensi yang lebih kecil dibandingkan melakukan kegiatan yang berat dan yang
memerlukan banyak tenaga.
Pada saat melakukan aktivitas frekuensi pernafasan meningkat karena tubuh
memerlukan banyak oksigen untuk melakukan pembakaran dalam tubuh untuk
menghasilkan energi yang digunakan untuk beraktifitas dan memperkeras kerja
jantung dalam memompa darah. Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh kegiatan
otot pernafasan. Otot-otot ini berkontraksi dan relaksasi sebagai respon impuls
saraf yang ditransmisi kepadanya dari pusat otak. Selain itu mekanisme yang
paling umum untuk mengontrol hal ini ialah inhibisi umpan balik. Produk akhir
jalur anabolik menginhibisi (menghambat) enzim yang menngkatalisis langkah awal
jalur. Hal ini akan mecegah pengalihan intermediet metabolik utama yang sedang
digunakan untuk aktivitas yang lebih penting ke sesuatu yang kurang perlu. Sel
juga mengontrol katabolismenya. Jika sel tersebut sedang bekerja keras dan
konsentrasi ATP-nya mulai menurun, respirasi akan semakin cepat. Ketika
terdapat banyak ATP untuk memenuhi permintaan, respirasi melambat, mencadangkan
dan molekul organik yang bernilai itu untuk fungsi lain.
Pengukuran
pertama yaitu pengukuran pernafasan. Berdasarkan data
yang diperoleh, dapat dilihat bahwa setiap probandus mengalami kenaikan
frekuensi pernapasan setelah melakukan aktivitas. Frekuensi pernafasan
akan semakin meningkat ketika aktivitas yang dilakukan semakin berat. Hal ini
dapat dilihat dari frekuensi setiap probandus yang semakin meningkat ketika
melakukan aktivitas yang semakin berat, seperti probandus Maria Magdalena dengan
frekuensi saat istirahat adalah 19 kali/menit, menurut Armi
(2010) frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah
12-20 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat
dikategorikan normal, kemudian berubah menjadi 36 kali/menit saat selesai
naik turun tangga, menurut Armi (2010) frekuensi pernafasan
pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah maksimal 50 kali/menit.
Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal, tidak
menderita penyakit yang mengganggu pernafasan. Kemudian pada probandus Tarsisius
Gao Sakti dengan frekuensi saat istirahat adalah 20 kali/menit, menurut
Armi (2010) frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat
adalah 12-20 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat
dikategorikan normal, kemudian berubah menjadi 30 kali/menit saat selesai
naik turun tangga, menurut Armi (2010) frekuensi pernafasan
pada individu normal setelah melakukan aktivitas adalah maksimal 50 kali/menit.
Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan normal, tidak
menderita penyakit yang mengganggu pernafasan.
Hal ini
dikarenakan saat melakukan aktivitas berat maka tubuh akan mebutuhkan lebih
banyak energi dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan
(santai/duduk). Tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi
dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frekuensi
pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.
Kemudian
pada data dapat dilihat juga frekuensi pernapasan setiap probandus berbeda
antara satu dengan yang lain hal ini disebabkan karena kondisi fisiologis
individu yang berbeda. Hal ini termasuk perbedaan usia, jenis kelamin, berat
badan dan posisi tubuh.
Seperti
pada probandus Tarsisius Gao Sakti yang frekuensi pada aktivitas yang dilakukan
lebih rendah dari probandus Maria Magdalena. Berdasarkan data tersebut
membuktikan bahwa frekuensi pernapasan laki-laki lebih kecil daripada frekuensi
perapasan wanita. Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume
paru-paru lebih kecil dari laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih
banyak.
Kemudian
usia juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi pernapasan setiap probandus. Probandus
Maria Magdalena yang berusia 18 tahun dan probandus Tarsisius Gao Sakti yang
berusia 20 tahun. Hal ini dapat dilihat frekuensi
probandus dari posisi tubuh saat duduk dan pada saat naik turun tangga yang
berbeda. Semakin bertambah usia probandus, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya.
Kemudian
posisi tubuh juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi pernapasan setiap
probandus. Hal ini dapat dilihat frekuensi probandus dari posisi tubuh saat
duduk dan pada saat naik turun tangga yang berbeda.
Banyaknya
tenaga juga dipengaruhi oleh beratnya badan, semakin berat badan yang disangga
maka semakin besar energi yang diperlukan dan semakin besar juga oksigen
yang dibutuhkan tubuh. Sehingga frekuensi pernapasannya juga akan meningkat.
Sedangkan
pada posisi duduk beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh
sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang
diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi
pernapasannya juga rendah.
Macam-macam jenis penyakit pada
sistem pernapasan manusia yaitu
faringitis yang merupakan radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering.
faringitis yang merupakan radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering.
Penyakit
jantung adalah sebuah kondisi/keadaan dimana jantung sebagai organ vital
yang menunjang kehidupan manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Beberapa contoh kondisi dimana jantung tidak dapat menjalankan tugasnya dengan
baik antara lain, otot jantung yang lemah (kelainan bawaan sejak lahir) dan
atau adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri pada jantung.
Asma merupakan penyakit radang paru-paru yang menimbulkan serangan
sesak napas dan yang berulang.
Emfisema
adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan pada paru-paru
karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
Bronkitis
adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke
paru-paru).
Asbestosis
adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat
asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.
Sinusitis
merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga hidung atau sinus
paranasalis.
Tuberculosis
(TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberkulosis
yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Pneumonia
atau juga di sebut dengan Radang paru-paru merupakan suatu penyakit pada
paru-paru dimana pulmonary aveolus yang bertangggung jawab menyerap oksigen
dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan.
Dipteri
adalah infeksi pada saluran pernapasan bagian atas. Pada umumnya, disebabkan
oleh Corynebacterium diphterial.
Upper
Respiratory tract Infection (URI) merupakan penyakit yang menyerang sistem
pernapasan manusia bagian atas, yaitu hidung, laring (tekak), dan tenggorokan.
SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sebuah penyakit pernapasan yang
disebabkan oleh virus Coronavirus dari ordo Coronaviridae.
Denyut
nadi dapat diketahui dengan cara meraba pergelangan tangan bagian depan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Muffichatum (2006), yaitu tempat meraba denyut
nadi adalah pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari
tangan (Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno
cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung
(Arteri temparalis) dan di pelipis.
Semakin
berat aktivitas yang dilakukan, maka semakin tinggi frekuensi denyut nadi.
Pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar
untuk membawa lebih banyak panas keluar tubuh jika suhu tubuh meningkat,
sehingga ini mengakibatkan tekanan darah menurun. Jika tekanan darah menurun,
reseptor di arteri karotis akan mendeteksinya dan mengirimkan sinyal ke otak.
Otak kemudian akan mengirimkan pesan ke jantung untuk mempercepat denyutnya
sehingga aliran darah yang dipompa lebih besar dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
Pengukuran
kedua yaitu pengukuran denyut nadi. Denyut nadi adalah suatu gelombang yang
teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa setiap
probandus mengalami kenaikan frekuensi denyut nadi setelah melakukan aktivitas.
Frekuensi denyut nadi akan semakin meningkat ketika aktivitas yang dilakukan
semakin berat. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi setiap probandus yang
semakin meningkat ketika melakukan aktivitas yang semakin berat, seperti
probandus Maria Magdalena dengan frekuensi saat istirahat adalah 88 kali/menit,
kemudian berubah menjadi 144 kali/menit saat selesai naik turun tangga. Menurut
Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus (220 – umur), Berdasarkan
perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 202 kali, dan denyut
nadi setelah turun naik tangga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara
denyut nadi probandus ialah 144 kali/menit yang terdapat pada range
yang seharusnya. Kemudian pada probandus Tarsisius Gao Sakti dengan
frekuesi saat istirahat adalah 98 kali/menit, kemudian berubah menjadi 128
kali/menit saat selesai naik turun tangga. Menurut Hakim (2010),
denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan rumus (220 – umur), Berdasarkan
perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 200 kali, dan denyut
nadi setelah turun naik tangga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara
denyut nadi probandus ialah 128 kali/menit yang tidak terdapat pada range
yang seharusnya. Namun pada sumber lain, Anonim (2010), denyut nadi setelah
melakukan olahraga stamina, yaitu olahraga yang mengaktifkan otot sebanyak
mungkin seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik sepeda, adalah 120 –
150 kali/menit. Mengikuti sumber tersebut, frekuensi denyut nadi probandus
sesuai dengan literatur.
Menurut
Hakim (2010), denyut nadi normal pada orang dewasa sehat pada saat istirahat
ialah 60-100 kali/menit. Probandus Maria Magdalena dan Tarsisius Gao Sakti
dapat dinyatakan normal karena denyut nadi probandus berada pada batas normal.
Ketika kita
melakukan aktivitas berat, seperti berolahraga atau kerja otot yang berat,
aliran darah koroner meningkat antara empat sampai lima kali diatas keadaan
istirahat. Sehingga aliran darah yang dipompa oleh jantung lebih cepat dan
banyaknya energi keluar dari tubuh.
Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak
jantung. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan
kulit pada tempat-tempat tertentu. Penyebab terjadinya denyut nadi ini
adalah pemberian darah secara berkala
dengan selang waktu pendek dari jantung ke aorta, yang tekannya berganti-ganti
naik turun dalam pembuluh darah dan elastisitas
dari dinding arteri yang memungkinkannya meneruskan aliran darah dan aliran
balik. Bila dinding tidak elastis maka tetap ada pergantian tekanan tinggi
rendah dalam sistol dan diastole ventrikel, namun dinding tersebut tidak dapat
melanjutkan alirannya dan mengembalikan aliran sehingga denyutpun tidak dapat
dirasakan.
Adapun
faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi yaitu usia, berat badan dan
jenis kelamin.
Denyut nadi
yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi
dari pada pria. Laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja
mencapai 128 denyut/menit, pada wanita 138 denyut/menit. Kerja maksimal pria
rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut/menit dan pada wanita 164 denyut/menit.
Frekuensi
denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia
dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia. Ukuran yang lebih berat juga
menyebabkan denyut nadi akan lebih cepat. Ini sesuai dengan literatur, ukuran tubuh yang penting adalah berat badan
untuk ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan
lebih cepat.
Berdasarkan
hasil keseluruhan yang didapat yang kemudian dibandingkan dengan literatur dari
berbagai sumber yang tersedia, probandus yang diuji memiliki kondisi fisiologis
yang normal baik sebelum maupun sesudah berolahraga. Hal ini dapat disimpulkan
dari data denyut nadi dan frekuensi pernafasan probandus yang terdapat pada range
normal.
Terdapat
beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan bias pada hasil praktikum yang
dilakukan probandus dan pengamat. Sebelum perhitungan denyut nadi istirahat,
probandus telah melakukan beberapa aktivitas, seperti jalan kaki. Keadaan
sekitar yang bising dan adanya gangguan dari praktikan lain juga menyebabkan
probandus tidak dapat istirahat dengan benar. Hal-hal tersebut dapat membuat
bias pada hasil yang didapat tentang denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang
dihitung benar-benar fase istirahat atau tidak. Sehingga memungkinkan hasil
yang didapat lebih tinggi dari yang sebenarnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Frekuensi
pernapasan dan denyut nadi setiap probandus berbeda-beda meski melakukan
aktivitas yang sama.
2. Aktivitas
yang dilakukan probandus dapat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan dan
denyut nadinya. Semakin berat aktivitas yang dilakukan maka akan semakin besar
frekuensi pernapasan dan denyut nadinya.
3. Usia
juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi pernapasan setiap probandus. Semakin
bertambah usia probandus, maka semakin rendah frekuensi pernapasannya. Usia
juga mempengaruhi besar kecilnya frekuensi denyut nadi setiap probandus. Frekuensi
denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia
dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi
menurun seiring dengan pertambahan usia.
4. Jenis
kelamin berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan probandus. Jenis kelamin
laki-laki lebih rendah frekuensi pernapasannya daripada frekuensi pernapasan
wanita. Jenis kelamin berpengaruh frekuensi denyut nadi probandus. Denyut nadi
yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi
dari pada laki-laki.
5. Berat
badan berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan probandus. Semakin berat badan yang
disangga maka semakin besar energi yang diperlukan dan semakin besar juga
oksigen yang dibutuhkan tubuh. Sehingga frekuensi pernapasannya juga akan
meningkat. Berat badan berpengaruh terhadap frekuensi denyut nadi probandus. Ukuran
tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh probandus. Semakin
berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
B.
Saran
1. Perlu
dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa membandingkan frekuensi
pernapasaan dan denyut nadi setiap probandus.
2. Pengukuran
saat istirahat akan lebih baik dan akurat jika kondisi pengukuran benar-benar
tenang dan tidak terdapat gangguan.
3. Diharapkan
para praktikan setelah melakukan praktikum dapat memahami tujuan dari
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Basoeki, S. dkk,. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: IMSTEP
JICA.
Ganong, F.G. 1995. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 14. Jakarta : Kedoteran EGC.
Guyton, Arthur C dan John . E. Hall . 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.
Muffichatun. 2006. Hubungan antara Tekanan Panas,
Denyut Nadi, dan Produktivitas Kerja pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi
Aji Dororejo Batang. http://digilib.unnes.ac.id.
Diakses pada tanggal 13 November 2012.
Setjen. 2010. Biologi.
Jakarta : SETJEN KEMENDIKBUD.
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tortora, G. dan Nicholas P.A. 1984. Principles of Anatomy and Physiology.
New York: D Van Nostran Company.
Waluyo, Joko . 1993. Petunjuk Praktikum Biologi
Umum. Jember : Unej.
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember : Unej.
Yatim, Wildan. 1987. Biologi. Bandung : Tarsito.
No comments:
Post a Comment