Tuesday, November 27, 2018

Suhu


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Biomedik adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan azas-azas dan pengetahuan dasar ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika) untuk menjelaskan fenomena hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh hubungannya dengan penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah, mengobati, dan memulihkan kerusakan akibat penyakit.
Makhluk homoiotherma adalah mahluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh temperature sekitar. Hal ini dapat terjadi karena adanya mekanisme pengaturan panas badan yang terpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom. Mekanisme pengaturan panas yaitu dengan menjaga keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuangan panas). Temperatur kulit badan tidak sama disemua tempat makin banyak berhubungan dengan udara luar temperature makin di pengaruhi oleh temperature sekitar .
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris. Suhu tubuh kita sering kali berubah-ubah tanpa kita tau sebab-sebabnya dan mekanismenya. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.



Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperature hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakuan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.  

B.            Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini, yaitu:
1.        Mampu mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh.
2.        Mampu mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
3.        Mampu mengetahui cara mengukur suhu tubuh.
4.        Mampu mengukur suhu tubuh.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makhluk hidup homoitermal adalah makhluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi oleh temperature sekitar. Hal ini dapat terjadi karena adanya mekanisme pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf terutama saraf otonom. Disamping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau masih belum jelas peranannya. Mekanisme pengaturan panas adalah menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuangan panas). Produksi panas  tergantung dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia eksotermal, misalnya kerja otot, menggigil, dan lain-lain. Pembuangan panas adalah dengan cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan dan sebagian melalui feses dan urine.
 (Waluyo, 2012)
Termoregulasi bergantung pada kemampuan hewan untuk mengontrol pertukaran panas dengan lingkungannya. Organisme apapun, seperti objek apapun, mempertukarkan panas melalui empat proses fisik: konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Esensi termoregulasi adalah mempertahankan laju perolehan panas yang setara dengan laju kehilangan panas. Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini melibatkan sistem integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit, rambut, dan kuku (cakar atau kikil pada beberapa spesies). Salah satu adaptasi termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan. Sumber-sumber insulasi mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior dan eksterior.
(Campbell, 2008 )
Temperatur atau suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer. Namun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah berbagai macam termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Termometer yang digunakan dalam mengukur suhu badan manusia adalah termometer jenis termometer klinis (Kanginan, 2007 ).
Temperature kulit badan tidak sama disemua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Temperature yang paling mendekati temperature tubuh sebenarnya adalah temperature rektar (melalui dubur), tetapi kurang praktis dan tidak estetis. Oleh karen itu, yang sering dikerjakan pengukuran temperature aksilar (melalui ketiak) dan oral (mulut). Adanya penyakit infeksi menyebabkan suhu badan meninggi, juga kelainan kelenjar endokrin menunjukkan perubahan suhu badan (Waluyo, 2012).
Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengatur suhu tubuh ada tiga bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dan kehilangan panas (Asmadi, 2008).
 Mekanisme pengaturan panas adalah menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis (pembuang panas). Temperatur tubuh normal sekitar 36oC. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Koplewich, 2005).
Kegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama dan pembentukan atau pemberian panas tubuh, pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR) + 70 keal/jam sedangkan pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%. Bila dalam keadaan dingin sesorang menggigil maka produksi panas akan bertambah 5 kali (Sulistiyo, 2006).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37ᵒC. Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Yang termasuk suhu inti berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka. Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan kestabilannya. Penambahan panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal dan produksi panas internal. Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006).
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi kelangsungan metabolisme yang stabil. Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang ireversibel. Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 37ᵒC (98,6ᵒF). Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari sudut pandang termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,8ᵒC (100ᵒF). Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 20ᵒC (68ᵒF) dan 40ᵒC (104ᵒF) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap konstan (Sherwood, 1996).
Suhu oral rata-rata adalah 37ᵒC (98,6ᵒF), dengan rentang normal 36,1ᵒC sampai 37ᵒC (97-99ᵒF). Suhu rektum rata-rata sekitar 0,6ᵒC (1ᵒF) lebih tinggi, yaitu 37,6ᵒC (99,7ᵒF), berkisar dari 36,1ᵒC sampai 37,8ᵒC (97-100ᵒF). Ukuran tersebut bukan merupakan petunjuk absolute suhu inti internal, yang rata-rata sekitar 37,8ᵒC (100ᵒF). Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan, terdapat beberapa faktor yang sedikit dapat mengubahnya, antara lain :
1.        Sebagian besar suhu inti manusia dalam keadaan normal bervariasi sekitar 1ᵒC (1,8ᵒF) selama siang hari, dengan tingkat terendah terjadi di pagi hari sebelum bangun (jam 6-7 pagi) dan titik tertinggi terjadi di sore hari (jam 5-7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama biologis inheren atau “jam biologis”.
2.        Suhu inti wanita juga mengalami irama bulanan dalam kaitannya dengan daur haid. Suhu inti rata-rata 0,5ᵒC (0,9ᵒF) lebih tinggi selama separuh terakhir siklus dari saat ovulasi ke haid.
3.        Suhu inti meningkat selama olahraga karena peningkatan luar biasa produksi panas oleh otot-otot yang berkontraksi. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat sampai setinggi 40ᵒC (104ᵒF).
4.        Karena mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit berubah-ubah jika tubuh terpajan ke suhu yang ekstrim.
5.        Dengan demikian, suhu inti dapat bervariasi antara sekitar 35,6ᵒC sampai 40ᵒC (96ᵒF-104ᵒF), tetapi biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat. Nilai yang relatif konstan ini dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang dikoordinasikan oleh hipotalamus.

Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01ᵒC. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal.
(Isnaeni, 2006)
Untuk membuat penyesuaian-penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme pengurangan panas dan mekanisme penambahan serta konservasi panas, hipotalamus harus secara terus menerus mandapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang peka suhu yang disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan saraf pusat dan organ-organ abdomen (Isnaeni, 2006).

 Di hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior, yang memperantarai pengurangan panas (Sherwood, 2001).

Bagian otak yang mempengaruhi terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterion dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior berperan meningkatkan hilangnya panas, vasilodatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloenektik, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatnya produksi hormon tiroid dan mensekresi epinefrin dan norepnefrin serta meningkatkan basal metabolism rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homoestatis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feel back negative untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000).







BAB III
METODOLOGI
A.           Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/Tanggal  :      Selasa, 09 Mei 2017
Waktu            :      09.00 – Selesai WITA
Tempat           :      Laboratorium Fakultas Kesehatan Masyarakat

B.            Alat dan Bahan
1.        Alkohol 70%
2.        Air es
3.        Siapakan probandus laki-laki dan perempuan
4.        Thermometer klinis
5.        Tissue

C.        Cara kerja
1.        Ditulis identitas probandus meliputi : nama, jenis kelamin, umur dan berat badan.
2.        Sebelum digunakan thermometer dibersihkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan.
3.        Probandus duduk dengan tenang, sambil bernafas seperti biasa tetapi mulut dalam keadaan tertutup. Thermometer diletakan dibawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup. Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian thermometer diangkat dan dikeringan dengan tissue dengan alkohol 70%. Hasil pengukuran di catat.


4.        Probandus duduk dengan tenang, sambil bernafas seperti biasa. Thermometer diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan terbuka. Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian thermometer diangkat dan dikeringan dengan tissue dengan alkohol 70%. Hasil pengukuran di catat.
5.        diletakkan di bawah lidah dan mulut dalam keadaan tertutup tapi sebelumnya probandus berkumur dengan air es selama 1 menit. Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian thermometer diangkat dan dikeringan dengan tissue dengan alkohol 70%. Hasil pengukuran di catat.
6.        Probandus duduk dengan tenang, sambil bernafas seperti biasa. Thermometer diletakan dibagian ketiak dengan tangan menyilang didepan dada. Thermometer dibiarkan selama 5 menit, kemudian thermometer diangkat dan dikerjakan dengan tissue dengan alkohol 70%. Hasil pengukuran di catat.














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           Hasil
No
Nama
Umur
JK
BB
Suhu aksial
Suhu oral
Mulut terbuka
Mulut tertutup
Kumur air es
1
Indah Purnamasari
18
P
60
36,8
37,1
37,1
36,5
2
Tarsisius Gao Sakti
20
L
70
36,7
37,1
37,1
36,6

B.            Pembahasan
 Pada percobaan kali ini mengenai pengukuran suhu manusia. Dalam pengukuran suhu badan, termometer diletakkan pada bagian aksial (ketiak) dan oral (mulut) karena pengukuran akan lebih praktis dan estetis dari pada pengukuran pada dubur walaupun pengukuran pada bagian ini lebih akurat. Percobaan ini melibatkan probandus yang diwakili oleh Indah Purnamasari dan Tarsisius Gao Sakti. Pada percobaan ini ada empat percobaan yang dilakukan diantaranya pengukuran suhu manusia dengan meletakkan termometer ke mulut tepatnya di dalam mulut bagian bawah lidah. Selanjutnya melakukan pecobaan seperti tadi tetapi sambil bernafas (menghembuskan dan menghirup udara). Berkumur dengan air es terlebih dahulu lalu mengukur suhunya dengan termometer dengan cara memasukkannya ke dalam mulut probandus. Yang keempat yaitu dengan meletakkan termometer pada ketiak probandus lalu melihat suhunya saat menit ke 5. Percobaan kali ini dilakukan dengan menggunakan termometer klinis digital dimana cara pembacaan skalanya hanya melihat angka digital pada layar thermometer terlebih dahulu lalu mengukur suhunya dengan termometer dengan cara memasukkannya ke dalam mulut probandus. 
Dalam praktikum kali ini terdapat 2 orang yang menjadi probandus, yaitu Indah Purnamasari dan Tarsisius Gao Sakti. Indah Purnamasari adalah seorang perempuan yang berumur 18 tahun, memiliki berat badan sebesar 60 kg. Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya tertutup dengan menggunakan thermometer selama 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 37,1. Kemudian, dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya terbuka lagi namun diselingi dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu sebesar 37,1, dilanjutkan pada aksial suhu tubuh dari Indah Purnamasari adalah sama yaitu 36,8. Setelah itu, suhu tubuh Indah Purnamasari diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air es. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 36,5.
Probandus yang kedua adalah Tarsisius Gao Sakti. Tarsisius Gao Sakti adalah seorang laki-laki yang berumur 20 tahun, memiliki berat badan sebesar 70 kg. Ketika dilakukan pengukuran suhu di bagian mulutnya tertutup dengan menggunakan thermometer selama 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah 37,1. Kemudian, dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya terbuka lagi namun diselingi dengan bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu sebesar 37,1. Setelah itu, suhu tubuh Tarsisius Gao Sakti diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur terlebih dahulu dengan air es. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun sebesar 36,6. Dan pengukuran suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak. Setelah itu, thermometer diselipkan di ketiak Tarsisius Gao Sakti dengan lengan dirapatkan ke badan. Setelah 5 menit, dibaca suhu di thermometer. Suhu tubuh Tarsisius Gao Sakti saat itu ternyata 36,7.

Dari hasil pengukuran suhu tubuh di bagian ketiak, dapat kita simpulkan bahwa suhu tubuh probandus di bagian ketiak/aksial memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh di bagian mulut/oral. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit badan kita tidak sama di semua tempat, semakin banyak berhubungan dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Mulut lebih banyak berhubungan dengan udara luar dibandingkan dengan ketiak, sehingga suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
Volume sel dalam tubuh manusia sangat berpengaruh dalam perubahan suhu tubuh karena berpengaruh terhadap metabolisme. Volume sel ini berkenaan dengan tinggi badan dan berat badan. Probandus yang berat dan tinggi, maka akan memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan probandus yang kurus dan pendek. Sehingga suhu tubuh probandus yang berat dan tinggi lebih hangat dibandingkan yang kurus dan pendek.
Sedangkan probandus yang berjenis kelamin pria memiliki suhu tubuh yang lebih hangat dibandingkan yang perempuan, karena pengaruh hormon dan aktivitas. Aktivitas seorang laki-laki biasanya lebih padat dibandingkan dengan perempuan.
Probandus yang ada dalam praktikum kali ini berada pada usia dewasa, dan suhu tubuhnya cenderung akan lebih normal dibandingkan dengan yang masih kanak-kanak dan juga lansia.
Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan dari tubuh. Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika homeostasis terganggu (misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari mulai pelepasan hormon-hormon sampai reaksi fisik seperti berkeringat atau terengah-engah. Sebagai contoh sederhana dari homeostasis, tubuh manusia menggunakan beberapa proses untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang yang optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau penurunan suhu tubuh mencerminkan ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan masalah terkait. Stres berat atau lama dapat menyebabkan ketidakseimbangan parah kondisi keseimbangan ini. Hal ini dapat menyebabkan tidak hanya tekanan psikologis tetapi juga gangguan psikosomatis.
Homeostasis adalah mekanisme yang mengusahakan agar suatu komponen dalam tubuh tetap. Contohnya, ketika suhu tubuh terlalu panas tubuh akan mendinginkannya dengan cara seperti mempersempit pembuluh darah. Contoh yang berhubungan dengan penyakit contohnya demam. Demam menggangu proses homeostasis suhu yang mengakibatkan kita selalu mengeluarkan panas dari tubuh sehingga kita merasa dingin meskipun suhu tubuh kita panas.
Dalam keadaan homeostase yang terjaga, suhu normal tubuh manusia adalah 36,5ºC. Dalam cuaca yang panas, agar supaya suhu tubuh tetap terjaga pada kondisi homeostasis, terjadi reaksi homeostasis berupa pembuangan panas tubuh melalui berkeringat dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) pada kulit sehingga wajah dan kulit memerah, rasa haus agar banyak minum sehingga terjadi pendinginan badan di samping mengganti kembali cairan yang banyak keluar, nafsu makan berkurang agar tidak terjadi peningkatan metabolisme yang menghasilkan panas, rasa lesu dan kantuk agar badan beristirahat sehingga mengurangi metabolisme, dan sebagainya.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas.
Ambang batas tertinggi masih dapat ditolerir sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Ketika suhu badan mencapai ambang batas, sudah selayaknya hal tersebut mendapat perhatian sehingga kemungkinan melampaui ambang batas dapat dihindarkan. 
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus posteriormerupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi  pengeluaran panas. Bila suhu luar lebih rendah pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan mekanisme kontraksi otot/menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi dengan vasokonstriksi (memperkecil) pembuluh darah kulit dan perangsangan produksi keringat. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi (melebarkan), evaporasi (berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/kompres), aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Pengaturan suhu tubuh terjadi secara terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari kulit dan suhu inti tubuh.
Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang dingin , maka oleh neuron yang sensitif terhadap dingin (cold-sensitive neuron) sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus. Bila akumulasi suhu yang terjadi di hipotalamus sudah melebihi batas minimal yang dapat ditoleransi, maka tubuh akan mengadakan adaptasi perilaku seperti memakai selimut, baju hangat, atau sarung tangan. Mekanisme tubuh lainnya untuk mengatasi batas minimal yang sudah tidak dapat ditoleransi ini juga dapat terjadi melalui aktivasi saraf motorik yang mengakibatkan terjadinya kontraksi otot rangka seperti menggigil dengan akibat produksi panas akan bertambah dan atau aktivasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah kulit. Vasokonstriksi pembuluh darah kulit ini akan mengurangi darah dan panas tubuh yang mengalir ke permukaan tubuh sehingga proses penguapan melalui kulit dan pengeluaran panas melalui radiasi dan konduksi berkurang (konservasi panas). Hal ini akan mempertahankan panas di dalam tubuh tetap terjaga sehingga tubuh kembali hangat. Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang panas, maka oleh neuron yang sensitif terhadap panas (warm-sensitive neuron) akan diteruskan ke hipotalamus. Bila suhu yang terjadi di hipotalamus sudah melebihi Batas maksimal yang dapat ditoleransi maka tubuh akan melakukan adaptasi perilaku seperti membuka kancing baju, memakai kaus tipis atau membuka baju. Mekanisme lainnya untuk mengatasi Batas maksimal yang sudah tidak dapat ditoleransi ini adalah dengan mengaktivasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit sehingga banyak darah dan panas tubuh mengalir ke permukaan tubuh, dan hal ini akan menyebabkan pengeluaran panas tubuh melalui penguapan, radiasi, dan konduksi melalui kulit meningkat sehingga suhu tubuh kembali turun (aktivasi sistem saraf simpatis ini juga dapat merangsang kelenjar keringat, sehingga produksi keringat bertambah).
Saat kita minum air es, tubuh bekerja cukup berat untuk menyesuaikan suhu air dingin dengan suhu tubuh dibandingkan kita minum air hangat. Karena tubuh akan berusaha menyesuaikan suhunya dengan suhu tubuh, metabolisme akan meningkat dan membantu pembakaran lemak. Perubahan suhu udara banyak berpengaruh pada tubuh, karena tubuh kita secara otomatis akan berusaha keras menyesuaikan dengan temperatur sekitar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan yaitu kecepatan metabolisme basal yang tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal
Hormone kelamin, pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3– 0,6°C di atas suhu basal.
Jenis kelamin mempengaruhi suhu tubuh, kenaikan hormon progesterone selama proses ovulasi pada wanita akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5 °C. Begitu juga estrogen dan testoteron akan meningkatkan metabolisme. Wanita biasanya lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding pria.
Demam (peradangan), proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
Status gizi, malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.


Aktivitas, aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C. Semakin beratnyaaktivitas maka suhunya akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari basal ratenya.
Gangguan organ, kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
Lingkungan, suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku disekitar. Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37ᵒC. suhu tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7ᵒC, suhu terendah pada malam hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai dengan panas yang hilang.
Hormon, (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
Suhu tubuh, meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
Usia, pada saat lahir mekanisme kontrol suhu masih imatur. Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. Regulasi suhu akan normal setelah anak mencapai pubertas .Lansia sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu (terutama kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat, penurunan metabolisme.
Olahraga, aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan metabolisme lemak dankarbohidrat.
Irama sirkardian, suhu tubuh berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari.
Emosi, tingginya emosi akan mempengaruhi tingginya suhu tubuh. Sebaliknya keadaan depresi akan menurunkan suhu tubuh.



BAB V
PENUTUP
A.           Kesimpulan
1.        Suhu mengacu pada derajat panas atau dinginnya suatu zat.
2.        Manusia adalah homeothermik yaitu berdarah panas sehingga suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan lingkungan.
3.        Suhu normal tubuh manusia adalah 36-37ᵒC.
4.        Pengukuran suhu tubuh manusia dapat dilakukan di rectal, aksial, dan oral karena memiliki suhu tubuh paling dekat dengan suhu tubuh.
5.        Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia, seperti usia, jenis kelamin, hormone, berat badan, tinggi badan dan lain-lain.
B.                   Saran
Untuk praktikan, sebaiknya mempelajari mengenai pengukuran suhu ini dengan baik, karena hal ini sangat penting bagi kesehatan kita.









DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Campbell, Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung: PT. Rineka Cipta.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Koplewich. S, Harorl. 2005. Penyakit Anak Diagnosa dan Penanganannya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
Sulistiyo. 2006. Bahan Ajar Fisika. Jakarta: Gunung Ilmu.
Tortora, J.T. 2000. Principles of Anatomy and Physiology. Toronto: Jch wiley.
Waluyo, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.









LAMPIRAN FOTO
No
Foto
Keterangan
1
Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_095658.jpg
Suhu oral              (Mulut Terbuka) Indah Purnamasari

2

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_094948.jpg
Suhu oral              (Mulut Terbuka) Tarsisius Gao Sakti




No
Foto
Keterangan
1
Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_094941_1.jpg
Suhu oral              (Mulut Tertutup) Indah Purnamasari

2

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_094642.jpg
Suhu oral              (Mulut Tetutup) Tarsisius Gao Sakti





No
Foto
Keterangan
1

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_100304.jpg

Suhu oral              (Kumur air es) Indah Purnamasari

2

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_100548.jpg
Suhu oral              (Mulut tertutup setelah berkumur air es) Indah Purnamasari
3

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_100326.jpg
Suhu oral              (Kumur air es) Tarsisius Gao Sakti
4

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_100554.jpg
Suhu oral              (Mulut tertutup setelah berkumur air es) Tarsisius Gao Sakti
No
Foto
Keterangan
1

Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Bluetooth\Inbox\20170509_094659.jpg
Suhu aksial              Indah Purnamasari



No comments:

Post a Comment